Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023

esai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puisi Dunia sebagai Pandangan Dunia Tragik

22 Juni 2024   07:41 Diperbarui: 22 Juni 2024   07:41 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar dokpri 

Mereka yang jujur terpuruk hancur sedang 

curang menang menantang .

Prajurit gugur lupa dibilang,panglima menjulang riauh pujaan.

Para badut politik janji sambil membagi nasi 

bermimpi kursi dan korupsi .

Inikah kisah Dunia ?

Memasuki puisi DUNIA untuk sampai pada world view' yang merupakan pandangan dunia pengarang atau penyairnya memang bukan pekerjaan mudah. Oleh sebab itu, pandangan penyairnya tentang pandangan dunia berkembang sebagai hasil dari situasi yang dihadapi oleh subyek kolektif yang memilikinya. Dari pandangan ini tampak bahwa pandangan tentang dunia merupakan sebuah sintetis akumulatif kehidupan yang sangat abstrak. Ia akan menggerakkan aktivitas hidup yang besar pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari manusia seperti baris ini / Seorang nabi mangkat diiringi tangis para perindu dan para malaikat/ yang berbaris mengelepakkan sayapnya/ seraya memuji bersholawat/. Sang penyair mencoba mencerna dan menceritakan kematian Nabi yang diiringi isak tangis sedih dan haru dengan bersholawat yang sampai sekarang terus dan masih dibuat zikir para pecinta dan perindu keagungan Allah SWT. Sholawat itu sendiri telah mengguncangkan arasi-Nya, dan seluruh mahkluk di alam semesta ini. Juga menjadi zikir sir maupun zikir bersama di masjid, musholla, atau di rumah oleh umat Islam untuk mendapatkan syafaat di suatu hari nanti seperti pada baris berikutnya ini, / Mengguncangkan arasy menggurat/. Sedang dari kejauhan, para sahabat dan kaum salihin arifin menapaki/ jalan yang sama diantarkan hangatnya, cahaya, memeluknya dengan dekapan doa-doa pujian harap syafaat/.

Pada bait kedua, sang penyair mencoba melihat hubungan kehidupan manusia tragik dengan manusia lain, yang kadang-kadang bersikap paradoksal. Ia juga melihat manusia lain membiarkan menghancurkan dirinya sendiri seperti pada baris berikutnya ini, / Nun di jalan yang berseberangan, seperti tikus yang ketakutan/ rombongan pengembara yang telah/ menguras habis kehidupannya/ menukar nikmat berlimpah dengan kenikmatan dunia yang sedikit/, Kini terhuyung-huyung menanggung/ beban berat diiringi kilat dan guntur yang melecut tubuhnya dengan api/. Dari situlah, bisa kita tarik kesimpulan, bahwa nafsu dan syahwat aneka kerakusan akan membakar diri sendiri.

Kembali sang penyair menceritakan keadaan yang ketidakpedulian terhadap bahaya nafsu yang bisa membakar diri mereka sendiri seperti pada bait ketiga ini,/ Tetapi, seakan tidak peduli, toh matahari tetap setia menampakkan/ dirinya membagi cahaya mengapit/ waktu mengantarkan orang-orang datang/ dan berlalu/. Dari situlah, nampak ketidakpedulian terjadi secara masif. Dan itu terlihat sekali pada kehidupan di sekitar kita yang cukup kuat gambaran keindividuan melalui metafora dan diksi di atas. Tapi, ketika membaca baris berikutnya terlihat sekali sang penyair mengungkapkan melalui penggambaran bahwa dunia tetap berputar sebagaimana laiknya, yang ia lukiskan seperti ini, /Dunia tetap setia berkisah tentang pencarian/ kebenaran perindu cinta yang senyumnya/ merekah bebungaan/ sambil mereguk derita; ataukah kisah para pemuja dunia yang air matanya/ meleleh-leleh mengakhiri pestanya yang telah usai/. Betul-betul suasana penceritaan yang kontradiksi; ada manusia sangat bernafsu keduniawian, ada manusia yang hidup selalu mencari bimbingan kebenaran melalui pemusatan-pemusatan atau konsentrasi batin yang penuh.

/ Manusia itu adalah pena kehidupan/ adalah suatu penggambaran yang sangat tepat, karena manusia selalu bergerak dan berpikir untuk dapat mencatat dan memperbaiki suatu kesalahan. Pengalaman hidup adalah guru bagi perbaikan-perbaikan dari keseluruhan kesalahan yang pernah diperbuat manusia seperti baris berikutnya ini, / dan pengalaman adalah rangkaian bait kalimat yang mereka tuliskan/. Dan, pada baris berikutnya sang penyair menceritakan dunia akan hilang dan hanya akan menjadi kenangan, lalu dibuang begitu saja seperti yang ia gambarkan melalui baris berikutnya, / sedang dunia/ adalah kertas putih yang segera hilang/. Tinggal arsip kenangan yang dibaca ulang kemudian dibuang/.

Semua perilaku manusia mengarah pada hubungan rasionalitas, maksudnya selalu berupaya respon terhadap lingkungannya. Perilaku manusia adalah usaha yang dilakukan secara tetap menuju transendensi, yaitu aktivitas, transformasi, dan kualitas kegiatan sehari-hari dari semua aksi sosial dalam halaman-halaman kehidupan yang ia gambarkan melalui bait lima ini, / Manusia menulis kisah hidupnya halaman demi halaman, tetapi mereka tidak pernah/ sadar setiap halaman yang dibuka akan/ mendekati halaman terakhir dan kesimpulan/. Yang jelas, manusia menulis kisah atau sejarah hidupnya kadang di luar bawah sadarnya. Kadang kehidupan manusia juga mempunyai proses pencapaian pemahaman makna metode dialektik berlangsung melingkar-lingkar terus-menerus, mengikuti sistem sirkel, tanpa ada kejelasan titik awal dan akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun