Hal ini memungkinkan pengarang untuk menyajikan teks sastra dengan bahasa spesifik yang tidak lazim, sehingga memunculkan keanehan yang menantang pembaca untuk melakukan penafsiran lebih dalam.Â
Deotomatisasi, di sisi lain, menghilangkan otomatisasi dalam pemahaman teks sastra sehingga pembaca dihadapkan pada tugas untuk mengungkap makna yang terdapat dalam teks.
Dikotomi Struktur dan Bahan Material
Formalis sastra juga menghadirkan sebuah dikotomi baru antara struktur sastra yang terorganisir dan bahan material sastra yang tak terorganisir.Â
Mereka menekankan pentingnya mengkaji aspek penyulapan dan pengasingan dari bahan material sastra menjadi karya seni sastra yang unik. Penyulapan di sini mengacu pada upaya pengarang untuk menghadirkan dunia imajinatif yang menarik melalui pengolahan estetik bahan mentah.Â
Sementara itu, pengasingan menjadi proses kreatif yang memungkinkan pengarang menciptakan dunia dalam sastra yang berbeda dan mencolok, melampaui batasan kenyataan yang ada.
Fokus pada Teks Naratif
Bersamaan dengan pengembangan dikotomi baru tersebut, kaum formalis juga fokus pada analisis struktur khususnya untuk teks naratif. Mereka mengidentifikasi unsur-unsur penting yang terkandung dalam teks naratif dan menekankan pentingnya memahami proses penyulapan dan pengasingan dalam membentuk cerita yang unik dan menarik.Â
Dengan demikian, penelitian formalis tidak hanya merujuk pada unsur intrinsik karya sastra, tetapi juga pada proses kreatif yang melibatkan pengarang dalam menciptakan karya sastra yang istimewa.
Dengan pendekatan formalis yang menekankan analisis internal karya sastra, pemahaman terhadap makna dan nilai estetik suatu karya sastra dapat diperdalam.Â
Melalui konsep-konsep seperti defamiliarisasi, penyulapan, dan pengasingan, kaum formalis membuka ruang interpretasi yang lebih luas dan menantang bagi pembaca maupun peneliti sastra untuk menggali makna yang terpendam dalam teks sastra (Fokkema & Kunne-Ibsch, 1997:26-30).