"Baik Pak, saya akan perkenalkan Bapak dengan gadis bernama Ana", Elba memecah keheningan malam.
"Oh begitu, kapan gadis itu akan kau ajak kemari Nak? sergah ayahnya.
"Elba coba minggu depan ya Bapak", demikian Elba berjanji pada ayahnya.
"Iya, iya.. Bapak tunggu ya" jawab ayahnya tampak girang.
Singkat cerita sang ayah setuju dengan calon mantu yang diperkenalkan oleh Elba. Ana seorang gadis berambut panjang anak seorang tokoh agama di sebuah desa arah timur dari kota Salatiga.
Pesan ayahnya pada Elba agar Elba lebih dulu sowan pada orang tua Ana untuk mengutarakan niatnya meminang putrinya. Elba menyanggupi permintaan ayah tercintanya.
Pada satu Minggu siang Elba mengajak Ana untuk bertemu orang tuanya di desa Tanjung. Salah satu desa di pelosok kecamatan Bringin jauh dari gegap gempita kota.
Seperti biasa Elba mengendarai motor bututnya diboncengi Ana menuju Tanjung. Tak butuh waktu lama dengan sepeda motor untuk sampai di lokasi tempat ayah ibu Ana tinggal.
Sesampainya di rumah Ana, Elba disambut oleh ayah Ana. Setelah bersalaman dan mengadakan pembicaraan ringan Elba memberanikan diri menyampaikan maksudnya.
"Kedatangan saya dan dik Ana punya satu maksud Bapak", begitu Elba mengawali pembicaraan penting.
"Yang pertama adalah silaturahmi kemudian kedua berhubung saya dan dik Ana sudah berteman lama dan ada kecocokan maka saya bermaksud melamarnya", lanjut Elba dengan intonasi jelas.