Mohon tunggu...
E Fidiyanto
E Fidiyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan Muda

Menulis dengan Hasrat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Malam Dua Ratus Enam Belas

27 April 2018   22:43 Diperbarui: 27 April 2018   23:01 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam Dua Ratus Enam Belas

E Fidiyanto

Dengarlah sayang, malam ini tak terlalu menakutkan

Masih ada waktu kita bercerita soal isi hati

Aku tahu, rindu bukanlah suatu yang asing bagi kita

Namun, rupanya kau pandai menyembunyikan

Adakah pertemuan yang lebih indah dari waktu itu

Saat, aku cium bulu bulu halus di lehermu

Kau menggeliat menahannya

Aku selalu ramah padamu, di setiap pertemuan

Malam itu, kau suguhkan kopi hitam dengan delapan kali adukan

Cangkir porselen bermotif kembang mirip motif kutang yang kau kenakan

Kau lempari aku dengan senyuman, lalu kecupan bibirmu mendarat di keningku yang basah keringat

Tak mungkin aku lupa malam itu.

Kini, kita lama tak bersua

Bercumbu di bawah rembulan yang kadang cemburu

Pun, aku sering mengajakmu bergurau di tengah malam

Sambil kupeluk kau dari belakang

Lebih hangat manakah balutan handuk di tubuhmu dengan pelukanku?

Ini malam, aku merasa suntuk.

Menyusuri jalanan kota yang sama sekali tak ramah

Tentu, ini berbeda saat aku berpetualang menapaki keindahanmu

Dari ujung rambutmu yang hitam, aku mulai menyeka asmara yang sempurna

Selanjutnya, aku tak lagi bisa berkata kata

Ini tak bisa aku bahasakan

Sayang, mari kita dayung bersama sampan kecil yang jatuh dari langit

Itulah yang kita punya. Tentu, ikhtiar nomor satu

Yang jelas, kita tak lupa dengan syahadatain

Atau kalimat kalimat penyejuk yang membuat kita melebur dalam kecintaan

***

Sayang, tak perlu kau risaukan saat aku bepergian

Toh cinta tau ke mana harus pulang

Lagi, aku tak pernah meminta lebih. Cukup suguhkan kopi hitam saat kupulang

Seperti biasa, delapan kali adukan

Dan, aku lebih memilih mendengarkanmu melantunkan ayat ayat

Saat malam, aku dapati kedamaian yang sempurna

Tetap merdu, meski lidahmu cadel melafalkan lafaz Tsa, Sin, dan Syin.

Bahkan mungkin Shad dan Ra.

Sayang, ini malam ke dua ratus enam belas dari pertemuan pertama kita

Adakah yang lebih indah dari kebersamaan ini?

Untukku, tak ada yang lebih indah dari yang kita lewati bersama

Aku tak pandai merayu, ini sesuatu yang nyata, bahwa;

Aku tak bisa lepas dari rasa rindu, itu sangat pasti.

Tapi kadang aku rindu dengan tangismu saat benar rindu memuncak

Kau benamkan wajahmu yang bulat ke dalam bantal

Lalu bibirmu yang seksi, bergetar menahan rindu

Sampai bantal basah oleh air mata

Kau bilang, saat rindu, yang sering kau ingat adalah ciuman

Memang, itu perkara yang selalu membuat jantung berdebar

Lalu mulailah desahan lembut terdengar merdu di telinga

Saat itu, dalam suasana tak terencana, kita sama sama berhenti

Lalu saling memandang dalam dalam

Tak lama dari itu, kuciumi bau tubuhmu yang khas, sangat kukenali itu

Waktu kita masih panjang, sayang...

Kemesraan akan selalu terjaga

Suatu saat nanti, kita jangan sampai lupa menaruh cinta atas nama kecintaan

Itu yang akan membuat masing masing diri kita bersahaja

Kita akan ajari anak lanang, atau mungkin si Gendis akan lahir setelah kita mengucap kalimat sakral, untuk pandai berbahasa ibu.

Waktu kita masih panjang, sayang...

Kita akan bermain dengan mereka di kamar yang penuh cinta dan kecintaan

Sudah dulu, aku sudah kehabisan kata kata. Karena kau meminta puisi ini segera kau baca.

***

Semarang-Brebes, 27/4/2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun