Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Tafsir Cinta

9 Januari 2021   16:34 Diperbarui: 9 Januari 2021   16:40 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta? Apa sih sebenarnya cinta? Ternyata tidak ada narasi tafsir cinta yang bisa menjelaskan apa hakekat cinta, karena tiap pribadi punya tafsir sendiri, berdasar umur, kematangan psikologi, pengalaman dan kondisi kejiwaan yang dialaminya. Ada banyak teori, tapi teori apapun adalah nonsen, karena cinta adalah the journey your private life. Sebuah pengalaman perasaan. 

Artikel ini mencoba membaca cinta dari apa yang bisa dipahami. Picisan? Itu persepsi orang yang tidak bisa memaknai cinta. Cinta itu agung, dengan cinta, induk singa, tak pernah memakan anaknya. Semoga artikel ini bisa jadi bacaan santai akhir pekanmu. Semoga menginspirasi.

Tafsir Cinta The Monkey 

Disaat masih imut, pasti dicap cinta monyet. Pada usia ABG ini, cinta itu unik. Banyak eksperimen berbahasa cinta yang dikemas dalam berbagai gaya. Yang positif, akan menjadikan 2 sejoli muda ini saling mengagumi satu sama lain, belajar bersama, main game bareng, bikin acara positif, dan membangun prestasi sejak dini. Inilah pelaku agung dari sebuah konsep cinta. 

Dasar agamanya kuat, sehingga bisa tahu rambu rambu yang harus dipatuhi. Diantara mereka berdua, membangun persaingan prestasi dalam beberapa bidang. Motivasi ini bisa dibangun dan dikelola sejak ABG, bahkan banyak pasangan ini membinanya hingga menikah. 

Namun ada yang gagal ketika masuk pendidikan tingkat atas atau masa kuliah. Proses sinergi cinta monyet ini belum ada pendewasaan, karena dari segi usia, dua sejoli ini masih remaja. Namun saat bisa bertahan, mereka akan jadi pasangan abadi. 

Kasus reuni sekolah, sekalipun sama sama sudah menikah, ternyata ada CLBK juga. Cinta dalam tanda petik ini, bisa tumbuh kembali diantara dua pasangan, yang sejatinya mereka sudah punya kehidupannya sendiri sendiri. 

Masa sekolah memang masa yang indah bagi yang berhasil punya pasangan. Sama sama bisa menerima. Namun kegagalan cinta pertama, ternyata juga berdampak pada tumbuh kembang pribadi pribadi muda ini. Mereka ingin punya pasangan, tapi cintanya ditolak lawan jenis. Bahkan trauma ini, bisa berlanjut hingga dewasa. Rasa percaya diri, minder dan takut, jadi muncul dan sampai saat berumur, ternyata tak pernah punya kisah cinta, kecuali patah hati. 

Perkembangan cinta monyet ternyata ada yang negatif. Rasa penasaran pribadi muda, akan memunculkan konflik sosial, misal nikah muda, pergaulan bebas, hamil diluar nikah, hubungan seks pra nikah, fenomena perek, narkoba, minuman keras dan pornografi. Dari segi agama, pemahaman mereka kurang. Isinya pemberontakan dan kadang kearah kriminalitas, seperti pemerkosaan. 

Trauma cinta monyet dalam paradigma negatif ini, sedikit banyak membentuk pemahaman makna tafsir cinta pada dirinya sendiri. Inilah baru membahas satu saja, cinta monyet. Bagaimana dengan genre cinta yang lainnya.

Cinta dan Kesepakatan janji Cinta 

Pacaran adalah masa transisi menuju menikah dan menjalankan hubungan kemanusiaannya yang teratur, bermoral dan tanggung jawab, selaku penerus generasi mulia manusia berdasarkan aturan agama dan negara. 

Namun konflik pacaran bisa terjadi dengan munculnya bunga cinta yang lain. Cinta itu perasaan, dan disaat sudah tidak nyaman, maka tak perlu drama, sudahi saja. Secara simple demikian, tapi faktanya konflik cinta tidak semudah matematika. Bahwa 1+1 hasilnya 2. Dalam cinta bisa muncul rumus irasional. 

Kasus bunuh diri misalnya, kenapa terjadi? Ternyata hal hal tak masuk logika juga masuk dalam ranah cinta. Dalam khasanah Jawa, ada hitung weton. Yaitu rumus jodoh yang sesuai berdasar hari pasaran dari dua sejoli. Sekalipun dua sejoli ini sudah cinta mati, karena rumus itu, ternyata harus dipisah paksa. Dampaknya? Bisa macem macem.

Bersyukurlah dua sejoli yang sama sama cinta, dua keluarganya bisa menerima mereka jadi pasangan suci dalam pernikahan. Namun, tak semua keluarga bisa menerima itu, karena ada aturan bibit, bobot dan bebet. Anak siapa lu... moyangmu sapa...Kerjamu apa... keluargamu gimana... Macem macem. 

Bahkan ada keluarga pihak perempuan, yang menilai keluarga pihak laki laki berdasar fitnah tetangga dan hoax belaka. Tentunya, gosib tetangga ini sudah ada konflik internal sebelumnya. 

Apapun kondisinya, yang penting itu dua sejoli. Nuruti faktor luar, akan Nemu ribet. Kesepakatan dua sejoli ini final, yang menghalangi berarti dzolim. Perasaan kok dipaksa. Cinta itu proses perasaan, bukan proses dipaksa paksa. 

Kalau sama sama cinta dan nyaman hidup bersama, ya jalani saja. Rejeki dan jodoh adalah jalan terindah yang datang tak bisa ditolak, tapi saat belum datang tak bisa dikejar kejar.

Perjodohan Cinta 

Perjodohan itu baik, asal dua sejoli bisa menyesuaikan diri dan membangun cinta berdua secara intens. Tanpa itu, perjodohan akan gagal. Karena pasti ada cinta lain dihati masing masing. Dijaman milenial, perjodohan kurang signifikan, contohnya, bagaimana jika kita dipaksa nikah dengan pasangan yang punya gangguan jiwa. Tiba tiba kumat gila. Atau penyakitan. Mau?

Orang tua yang nikahkan anaknya dengan perjodohan juga kurang bijak. Boleh, asal dua sejoli itu harus secara sadar dan sepakat. Ya silahkan saja. 

Peran Orang Tua dan Keluarga 

Ternyata dalam kisah cinta, ada peran dari orang tua dan keluarga. Disatu sisi ini penting, karena strata keluarga juga punya level tertentu dimasyarakat. Keluarga ini mempertahankan status sosial dan kehormatannya. 

Namun peran orang tua dan keluarga yang selalu kepo ngurusi intern sebuah rumah tangga juga kurang elok. Semua diatur. Sehingga soal makan saja ada aturan.

Banyak kisah seperti ini, dan ini merupakan fenomena standart tertentu yang dianut masyarakat. Bahkan ada aturan jam malam, dimanja manja dan tidak boleh ini. Tidak boleh itu. 

Mereka adalah orang tua yang menganggap anaknya tetap status anak kecil, tidak dewasa dan kanal kanak. Pasti ada alasan. Tapi itu cara membuat rumah tangga anak tidak mandiri dan bagaimana jika orang tuanya telah pikun? Apa mereka masih sosok super, sementara anak menantunya plonga plongo tak mandiri dan tak punya inisiatif bertindak dewasa?

Cerai dan Selingkuh.

Cinta sejati akan dipertahankan dua sejoli hingga akhir hayat. Solusi cerai, mungkin jadi solusi terbaik jika setelah menikah nanti sudah tidak ada kata nyaman.

Cerai bisa terjadi karena berbagai alasan. Itu manusiawi, karena basis cinta itu perasaan. Berbagai pertimbangan dan mediasi, bisa saja dipulihkan cintanya. Silahkan saja, jika masih ada kata nyaman. 

Namun untuk apa membangun sandiwara pura pura nyaman, tapi tidak bahagia. Buang waktu, buang umur dan hidup pasti menderita. Yang bilang ditinggal selingkuh pasangan tidak apa apa, itu pertanda cintamu sudah tidak waras. 

Cinta itu kehormatanmu sebagaimanusia mulia. Cinta itu memilih harkat dan martabatmu. Bukan hanya urusan nikmat lezat selingkuh, itu urusan nafsu. Namun masih ada hukum Tuhan, tidak hanya didunia, tapi Juga sampai ke urusan Akhirat. Konflik selingkuh ini yang paling melibas masa depan rumah tangga. 

JIka masih bisa dirukunkan, Monggo dilanjut, tapi harus siap menerima, jika dirimu nanti diperlakukan dengan bahasa cinta yang lain. Bahasa pura pura. Apa itu bahagia? Silahkan mengalah dengan segala alasanmu, tapi tentukan sendiri standar bahagia yang ingin kau capai. 

Selingkuh memang maha pralaya dari sebuah keutuhan rumah tangga. Itu adalah sumber ditipunya dirimu oleh pasangan atau sebaliknya. Pasti ada sandiwara, ada drama palsu. 

Kalau senang ditipu, ya silahkan. Kamu kadang tidak tahu, tapi akui cinta diantara kalian sudah mati. Memelihara barang mati sebagai motivasi, sama saja simpan bangkai. Pasti bau pada masanya.

Cinta itu berbagi dan percaya 

Inilah tips kunci dari sebuah upaya save your love. Jika masih nyaman, selalu rindu jika tak bertemu. Apapun kekurangan pasangan, misal pasangan kita jadi ompong, rambutnya memutih dan suka kentut. Jika cinta, apapun itu, semua akan indah. 

Pria wanita itu, ibarat dua planet berbeda yang bersatu dalam cinta. Jika pasanganmu sudah tersentuh nikmat lezat cinta yang lain, maka ada pergeseran standar. 

Contohnya sederhana. Bangun telat masalah. Kamu dibanding bandingkan. Semua omonganmu dipelintir. Tidak ada benarnya. Sekalipun itu syar'i menjaga kehormatan istri, misal kamu menggerebek istrimu mau tidur dengan lelaki lain di hotel, jelas apa yang kamu lakukan syar'i menjaga kehormatan istrimu itu, namun kenyataannya, ada upaya pembenaran bahwa apa yang dilakukannya adalah maha benar dan diridhoi Tuhan, karena tidak puas nafkah batin.

Entah nikmat apa lagi yang sedang didustakan demi nafsu birahi seperti itu. Dan Tuhan yang mana yang membenarkan prilaku seperti binatang seperti itu. Jika cinta sudah mati, tak perlu drama pura pura bahagia, karena baju cinta ditukar dendam dan sudahi saja.

Itu contoh yang benar, bisa jadi salah karena mengikuti hawa nafsu dan cinta sudah ditukar dengan dendam. Tanda tanda matinya cinta bisa kamu rasakan jika semua hal tentangmu, sekalipun kebenaran dan kebaikan sudah tidak diakui. Jika ingin nambah dosa dan hidup tersiksa, silahkan pura pura bahagia.

Kesimpulan Tafsir Cinta?

Tak ada, karena cinta itu milikmu masing masing. Jika kamu nyaman bahagia, itulah cintamu. Syukuri, nikmati, jalani.

Jika bilang cinta, tapi isi hubunganmu perselisihan, pertengkaran dan berbalas dendam agar kamu kapok dan ada kepuasan darinya setelah melihat kamu tersiksa, apa itu cinta? Kalau seneng disiksa, ya silahkan. Yang menikmati itu kamu sendiri kok. 

Dalam cinta itu hanya ada kamu dan pasangan. Itu kesepakatan berdua. Saat ada sikap dibanding bandingkan dan kamu diperlakukan dzolim dengan memakai pura pura,  sebenarnya untuk apa mempertahankan cintamu?

Tafsir Cinta. Itu bahasamu sendiri. Duniamu berdua. Bahagia itu milikmu. Karena cinta itu rasa berdua, berbagi dan percaya. Tanpa itu cintamu pura pura.

Malang, 9 Januari 2021

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun