Mohon tunggu...
Ekka Zahra Puspita Dewi
Ekka Zahra Puspita Dewi Mohon Tunggu... Guru - Educator

Don't plant anything but love

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mama Izin Mengabdi, ya Nduk

18 Juli 2022   22:48 Diperbarui: 19 Juli 2022   08:38 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami berbincang-bincang, berkenalan. Tidak berapa lama, hadir lagi dua orang, dan beberapa saat kemudian, ruangan tersebut menjadi ramai. Dari beberapa yang mendaftar, kebanyakan beliau-beliau adalah alumni UIN SATU. Secara otomatis, kami satu almamater, hanya beda tahun.

Tidak berapa lama, Bapak Kepala Madrasah hadir. Beliau sangat berwibawa dan menunjukkan bahwa beliau orang yang berkompeten, namun tetap tidak lupa untuk meninggalkan kesan ramah. 

Bapak Kepala menegaskan bahwa pemilihan guru kali ini tidak ada unsur permainan orang dalam. Madrasah berharap mampu menjaring kader terbaik untuk bisa memberikan yang terbaik bagi siswa-siswi dan juga madrasah. 

Oleh karenanya, beliau berharap kami bisa memberikan totalitas saat tes wawancara dan tes tulis nanti. Saya tersenyum, sebab tes seperti ini yang sepatutnya menjadi acuan birokrasi. 

Meski pemerintah sudah sangat mendukung birokrasi yang bersih, namun antek-antek di bawahnya terkadang masih ada yang bermain culas dengan jual beli jabatan dan lainnya. Mungkin tidak banyak yang bersikap adil. Dan salah satu yang saya jumpai ada pada prinsip di madrasah ini.

Setelah itu, satu per satu dari kami dipanggil untuk melakukan tes. Tes wawancara diuji langsung oleh Bapak Kepala. Sedangkan tes tulis dilakukan di depan ruang kepala. 

Selesai tes wawancara, saya segera dipersilakan untuk keluar ruangan sembari membawa selembar soal. Saya mengerjakannya dengan hati-hati sebelum mengumpulkan. Setelah selesai, membacanya beberapa kali dan merasa tidak ada yang janggal, saya segera mengumpulkan untuk kemudian dipersilakan untuk pulang dan menunggu pengumuman pada Senin, 18 Juli 2022.

Ketika perjalanan pulang, saya sangat sumringah. Saya berterima kasih kepada diri sendiri karena sudah mau berproses. Jika kemarin gagal, itu merupakan acuan terbaik agar senantiasa belajar. 

Jika kita merasa kita sudah baik, sejatinya saat itu juga, kita sedang gagal. Pernah saya membaca di buku Mark Mason, tentang kegagalan apa yang sudah kita buat hari ini. Jika kita gagal, itu berarti kita mencoba hal baru dan sedang mengajarkan diri untuk berproses. Jika kita tidak gagal, berarti tidak ada hal baru yang kita pelajari. 

Mark mengajarkan untuk berani gagal. Sebuah gagasan anti-mainstream yang jarang dipraktikkan. Selain itu, jika ditinjau ulang, Allah sangat baik, Mahabaik memberikan kegagalan. 

Tujuannya agar tidak berhenti berproses. Sebab, di atas langit masih ada langit. Oleh karenanya, terhadap hasil tes kali ini, saya meletakkan segala harap-harap cemas kepada Allah, sepenuhnya. Jika saya diterima, maka itu karena Allah memudahkan, bukan karena kehebatan saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun