Mohon tunggu...
Eka Widya Ningrum
Eka Widya Ningrum Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi dalam olahraga terutama pada olahraga badminton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tetesan Keringat Ayah

24 November 2024   16:59 Diperbarui: 24 November 2024   17:00 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hehe iya ayah" jawab ku dengan hati gembira, tiba tiba ayah memanggil ku untuk berbicara empat mata rupanya melanjutkan pembahasan yang tadi 

"Nak , ayah masih bisa kok berkerja" Kata ayah dengan nada pelan

" Kenapa emang ayah? Apa gajiku kurang banyak?" Tanyaku kepada ayah

"Tidak bukan begitu sayangku"jawab ayah sambil mengelus kepalaku.

Namun, lagi-lagi, Ayah hanya tersenyum. “Kerja keras itu bukan soal uang, Nak, tapi soal tanggung jawab. Ayah masih punya tanggung jawab di sini. Kalau kamu mau bantu, ya bantu jaga keluarga ini. Jangan biarkan Ibumu atau adik-adikmu kekurangan kasih sayang, meski kamu jauh. Uang Masi bisa di cari nak walau harga nya tidak sebesar yang kamu punya sekarang, kita juga tidak tahu gimana keluarga kita kedepannya, jadi ayah tidak ingin mengandalkan kamu. Karna ayah sebagai orang tua disini masih bisa kok diandalkan jadi tidak usah khawatir dan kamu harus kerja dengan giat ya, bukti kan kalau kamu bisa!” jawab Ayah.

Kata-kata Ayah itu selalu terngiang di kepalaku. Dari situ, aku sadar bahwa tanggung jawab bukan hanya soal memenuhi kebutuhan materi, tapi juga soal menjaga cinta dan kebersamaan.

Suatu pagi, ketika aku sedang bekerja di kota, aku mendapat kabar bahwa Ayah jatuh sakit. Tanpa pikir panjang, aku langsung pulang. Sesampainya di rumah, aku melihat Ayah terbaring lemah di ranjang. Wajahnya pucat, tapi matanya tetap memancarkan semangat yang sama.

"Ayah..."sambil menghampiri ayah di kasur.

"Nak kamu kesini rupanya"menjawab dengan nada yang terdengar sangat lemas.

"Iya ayah...." Aku sambil menatap ayah dengan sayu

“Maaf, Ayah nggak bisa bantu kamu lagi, Nak" katanya pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun