Mohon tunggu...
Eka Widya Ningrum
Eka Widya Ningrum Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi dalam olahraga terutama pada olahraga badminton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tetesan Keringat Ayah

24 November 2024   16:59 Diperbarui: 24 November 2024   17:00 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yaampun ada ada saja , masak sampai liat youtube segala si hahaha tapi hati-hati ya" saut ayah sambil tertawa kecil.

Akupun mulai mencangkul tanah. Awalnya, aku merasa kuat dan mampu. Namun, baru beberapa menit saja, aku sudah merasa lelah. Napasku tersengal, dan tanganku mulai terasa pegal. Sementara itu, Ayah hanya tertawa kecil.

“Capek, kan?” tanyanya.

Aku mengangguk sambil menyeka keringat di dahi. “Ternyata berat juga ya, Yah.”

“Makanya, Ayah bilang, kamu teh gausa bantu mending bantu ibu di rumah, kan kamu anak cewek jadi kurang pantes kalo ikut ayah ke ladang seperti ini"

" Tadi aku dipesani ibu buat jaga rumah ,karena ibu sedang keluar dan tidak mengajak aku jadinya aku bosan di rumah, mending aku bantu ayah aja di sini" jawab ku.

"Eeee begitu, yaudah kita istirahat dulu disana" ayah menunjuk ke arah gubuk kecil di sana.

Aku mengangguk, meski napasku masih tersengal. Hari itu, aku belajar banyak tentang arti kerja keras dan pengorbanan.

Tahun demi tahun berlalu. Aku berhasil masuk ke universitas terbaik di kota. Setiap kali pulang ke rumah, aku selalu melihat Ayah masih sama seperti dulu—setia dengan ladangnya, topi caping kesayangan, dan cangkulnya. Namun, ada yang berbeda. Tubuhnya kini lebih kurus, dan langkahnya mulai melambat.

Suatu malam, aku duduk bersamanya di depan rumah. Kali ini, giliran aku yang membawa kopi untuk Ayah.

“Ayah, kenapa tidak istirahat saja? Aku sudah hampir lulus. Nanti aku yang gantian kerja untuk keluarga.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun