Bram kini tidak menatapku lagi, melainkan sudah melihat kaca depan taksi.
"Terimakasih ya Pak, membuat saya berani mengungkapkan isi hati saya yang terpendam selama sepuluh tahun ini" kata Bram
"Ya, jika memang kalian sudah sama-sama berumah tangga. Ingat pesan saya ya, tetaplah jalani peran masing-masing. Jangan sampai masalalu membuat rumah tangga kalian hancur." kata Pak supir.
Entah apa yang Bram pikirkan. Tapi apapun itu, aku ingin sekali menangis.
Mengapa harus sekarang aku baru tahu apa yang Bram rasakan. Mengapa tidak sedari dulu saat kami masih bersama.
Taksi pun memasuki halaman depan kantor pusat perusahaan tempat kami bekerja. Aku beranjak pergi ke tempat meeting, dan Bram berada di meeting yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H