"Iya"
"Oh ya sudah nanti bareng ya"
Bram mengangguk pelan.
Dalam pesawat bayangan tentang kenangan bersama Bram seakan film yang dipasang di pelupuk mataku. Seandainya saja aku bisa jujur, aku  masih merasakan bahagia di dekatnya, sama seperti dulu. Rasa nyaman, rasa bahagia seakan memenuhi rongga pikiranku.Â
Pesawat landing dengan sempurna. Saat menuju pintu keluar bandara, kulihat Bram sedang menungguiku.
"Maaf agak lama, tadi mampir toilet dulu" kataku.
Jantungku berdegup kencang saat berada di dekatnya. Tercium aroma parfumnya yang belum juga berubah.
"Sudah aku pesankan taksi" katanya.
Aku dan Bram berjalan menuju pangkalan taksi bandara. Dia duduk di dekat supir sementara aku duduk di kursi bagian belakang.
"Selamat pagi Pak...Mau menuju ke arah mana?" sapa supir taksi.
"Ketintang Pak" jawab Bram.