"Mas Bram bicara apa? Berhenti bercanda ah..."
"Ya, aku dulu berharap dirimu masih menunggu lamaranku. Aku sama sekali tidak tahu bahwa Mas Dimas sudah melamarmu"
Aku terdiam, "Tapi Mas Bram dulu tidak mengatakan apapun"
"Karena aku tahu dirimu tidak mau pacaran"
"Jadi?"
"Jadi aku hanya memilih untuk melihatmu saja"
"Mas Bram suka aku?" tanyaku penuh selidik.
Mata Bram tampak berbinar menatapku, "Ya...tentu saja aku sangat menyukaimu..."
Aku terdiam.
Ini sudah tahun kedelapan pernikahanku. Andai saja aku boleh jujur, aku belum bisa melupakan Bram. Kehadirannya memang bagaikan malaikat bagiku. Bram selalu menjagaku. Bram selalu membuatku tersenyum, tertawa dan bahagia.
"Dari awal saya sudah menduga. Kalian pasti ada ikatan" celetuk supir taksi.