Rasanya baru kemarin saja mengenalmu, berjalan di sampingmu, mendengar suaramu. Rasanya baru kemarin tawa renyah beserta semua humormu menemani hariku. Rasanya baru kemarin kisah-kisah kecil diantara kita terangkai indah. Rasanya baru kemarin senyum manismu selalu indah saat kupandang. Rasanya baru kemarin aku merasakan bahwa kau tercipta hanya untukku. Rasanya baru kemarin aku berharap dirimu kelak akan mengatakan betapa ingin bersamaku selalu. Rasanya baru kemarin aku menginginkan pernikahan denganmu.
Lalu...Rasanya baru kemarin saja aku menatapmu sendu. Kusadari semua peristiwa diantara kita akan terlupa begitu saja. Kusadari bahwa dirimu takkan pernah berubah. Hanya sekedar menatapku, menyapa seperti biasa, dan TIDAK ADA KATA CINTA. Â Rasanya baru kemarin, aku merasakan luka yang begitu mendalam harus melepaskanmu. Bahkan diantara kita tidak pernah benar-benar membuat komitmen terkait asmara. Rasanya baru kemarin, dan terasa begitu menyesakkan dada.
===
Kali ini aku satu penerbangan denganmu. Sebenarnya aku terkejut saat usai sholat subuh lalu bertemu denganmu di luar musola. Dirimu pun merasa terkejut menatapku. Entah berapa lama diantara kita tak ada lagi senda gurau.Â
"Mas Bram?" aku menyapanya.
"Hai" jawabnya.
Bram masih memiliki senyum yang sama, tatapan yang sama.Â
"Mau dinas ke mana?" tanyaku
"Surabaya"
"Ohhh, sama. Ke kantor pusat?"