Masih dalam seminar Akhiri TB Indonesia Sehat, dr. Berly, Sp. P Selaku dokter spesialis paru Rumah Sakit Pelni menerangkan bahwa kuman TBC dapat bertahan pada suhu 4-70 derajat celcius.Â
Selain itu, Basil Tahan Asam (BTA) dapat telihat tidak lagi bergejala/tertidur (Dormant). Namun, sewaktu-waktu dapat aktif kembali dan menimbulkan sakit pada penderitanya.
Basil Tahan Asam (BTA) ini dapat mati jika terpapar sinar matahari langsung dan berada pada suhu 30-37 derajat celcius. Oleh karena itu, pasien TB dianjurkan untuk berjemur pada pagi dan sore hari.Â
Kuman TB dapat bersifat laten (tertidur) dan tidak lagi menunjukan gejala. Tentunya hal ini menjadi kabar baik bagi penderita TB. Sayangnya, pada kondisi tertentu kuman ini dapat aktif kembali dan menginfeksi lagi penderitanya.Â
Tentunya, ini mesti menjadi perhatian lebih bagi pasien penderita TB. Pasalnya, orang yang berobat tuntas saja dapat terinfeksi kembali. Apalagi, pasien dengan riwayat putus obat. Kemungkinan resistensi obat jadi jauh lebih besar.
Resisten obat sendiri adalah suatu kondisi di mana obat anti tuberkulosis (oat) tidak lagi efektif untuk melawan kuman TB. Selain itu, memutus obat secara sepihak, tidak kontrol dan monitoring secara berkala, dan gangguan penyerapan obat juga bisa jadi sebab resistensi terjadi.
Bahkan, meskipun sudah sesuai anjuran apabila telah terinfeksi dari orang yang resisten obat. Pasien tersebut mungkin saja termasuk pada pasien dengan resistensi obat dan tidak lagi efektif untuk mengkonsumsi obat TBC lini pertama.Â
Lantas, bagaimana nasibnya jika sudah terjadi demikian?
Pemeriksaan lanjutan dengan dokter spesialis yang relevan dan taat dengan tata laksana pengobatan adalah kunci keberhasilan pengobatan TB. Oleh karena itu pasien mesti sadar betul akan hal ini.Â
Dorongan keluarga dan lingkungan sekitar juga mesti digaungkan agar pasien merasa termotivasi.Â