Mohon tunggu...
Eka Ramadania
Eka Ramadania Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Saya seorang mahasiswi di sebuah institut di Asahan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Falsafah Pendidikan Islam Mengenai Esensi Pendidik

29 Desember 2021   17:50 Diperbarui: 29 Desember 2021   17:56 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

ESENSI PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF 

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM 

Oleh : Eka Ramadania & Suhardi

PENDAHULUAN

Study pengkajian mengenai perspektif falsafah pendidikan Islam tentang hakikat pendidik sangat penting dilakukan mengingat konsep pendidikan didunia Islam tidak terlepas dari pengaruh pandangan dunia Barat. Padahal dalam study Islam sudah memiliki sumber yang akurat yaitu Al-Qur'an, Hadits dan Ijtihad para ulama.

Di sebuah Pendidikan tidak terlepas dari yang namanya seorang pendidik, peserta didik dan yang lainnya. Kata pendidik mengarah kepada seseorang yang memberikan berbagai ilmu pengetahuan baik yang menyangkut keterampilan atau pengalaman.Menurut Ahmad Tafsir, pendidik dalam koridor Islam adalah siapa pun yang dapat bertanggungjawab dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dari peserta didik dalam segala aspek hingga mencapai tingkatan berdasarkan ajaran Islam. (Tafsir, Ahmad, 1994: 74)

 Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 6, terdapat perbedaan antara tenaga kependidikan dengan pendidik dimana kependidikan adalah masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat menjadi pendorong penyelenggara pendidikan. Sedangkan pedidik adalah tenaga pendidikan yang memiliki kualitas sebagai seorang pendidik sesuai dibidangnya. (Ramayulis dan Nizar, Samsul, 2009 : 138)

Hakikat pendidik dalam konteks falsafah pendidikan Islam adalah Allah SWT yang didasari (QS.Al-Fatihah: 2) yakni Allah SWT sebagai Murobbi/pendidik, (QS. Al-Baqarah: 31) yakni Allah SWT sebagai mu'allim/pengajar dan hadits nabi tentang ta'dib. Selain Allah SWT, pendidik yang ideal dalam Islam yaitu Nabi dan Rasul (QS. Al-Baqarah: 151). (Ramayulis dan Nizar, Samsul, 2009 : 138)

PEMBAHASAN

A. Istilah Pendidik dalam Konteks Pendidikan Islam

Murobbi

Kata murobbi merupakan bentuk (shigah) al-ism fail yang mana diartikan menjadi 3 kata yaitu; pertama, kata "rabba yarbu" yang berarti "zad" dan nama (bertambah dan tumbuh) contohnya pada kalimat yang memiliki arti saya menumbuhkan. (Mandzur, Ibn, 711H : 516). Kedua, kata "rabiya yarba" yang berarti tumbuh (nasya') dan menjadi besar (tarara'a). Ketiga, kata "rabba yarubbu" yang berarti memperbaiki, menguasai, memimpin, dan memelihara. Kata murobbi juga berasal dari kata " robba yurobbi" yang terdapat penjelasannya dalam Al Qur'an surah Al- Isra' ayat ke 24 yang artinya :

 "Wahai Tuhanku, kasihilah (sayangilah) sebagaimana ia telah menyayangiku sedari kecil".(QS. Al-Isra': 24)

Dalam bentuk kata benda, kata murobbi (rabba) ditujukan kepada Tuhan yang mana bersifat mendiidk, mengasuh, memelihara, bahkan menciptakan sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Fatihah ayat 2 yang artinya: " Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam".(QS. Al-Fatihah: 2)

Istilah murobbi sebagai pendidik bermakna luas, diantaranya:

Mendidik peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya dan potensi yang dimilikinya.

Bertanggung jawab terhadap proses pendidikan anak didik.

Membantu peserta didik dalam memperbaiki sikap dan tingkah laku sesuai usianya.

Memberikan kasih sayang sebagaimana semestinya.

Pendidik memiliki hak atas pertumbuhan dan perkembangan dari peserta didik. (Ramayulis dan Nizar, Samsul, 2009 : 140)

Adapun terdapat 3 tugas utama murobbi sebagai pendidik, yaitu:

Menjaga fitrah para peserta didik sesuai waktunya.

Mengembangkan keseluruhan potensi mereka sampai jauh lebih baik.

Melakukan pendidikan secara bertahap. (Ramayulis dan Nizar, Samsul, 2009 : 140)

Maka dapat disimpulkan bahwa murobbi merupakan seorang pendidik yang membantu mempersiapkan peserta didik agar mampu dalam berkreasi dan mempertanggung jawabkan kreasinya sehingga tidak menimbulkan pengaruh buruk bagi dirinya dan makhluk lainnya.

Mu'allim

Muallim berasal dari al-fail al-madhi 'allama, mudhari'nya yu'allimu dan masdharnya al-ta'lim yang mana memiliki arti telah mengajar dan pengajaran. Mu'allim merupakan bentuk dari al ism fail dari 'allama yang berarti orang mengajar. Dalam bentuk tsulatsi mujarrad mashdar dari 'alima adalah ilmun yang dalam bahasa Indonesia disebut ilmu.

Berkaitan dengan istilah kata mu'allim, telah dijelakan dalam Al Qur'an surah Al Baqarah ayat 251 yang artinya : " sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu), kami telah mengutus kepada Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah:251)

Berdasarkan penjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 251, maka mu'allim adalah seseorang yang mampu berkontribusi secara sistematis dan dipercaya dalam mengantarkan para peserta didik menuju kesempurnaan serta kemandirian. Mu'allim juga merupakan seseorang yang menguasai ilmu serta dapat mentransfernya kedalam kehidupan yang lebih luas.

Mu'addib

Mu'addibb merupakan al-ism al-fail dari madhi nya addaba (mendidik), sedangkan mu'addib adalah orang mendidik (pendidik). Dalam wazan fi'il tsulatsi mujarrad mashdar aduba adalah adaban yang berarti sopan, berbudi baik. Al-adabu (kesopanan) dan mashdar dari addaba yaitu ta'dib (pendidikan).

Secara bahasa mu'addib adalah bentuk mashdar kata addaba yang artinya adab, mendidik. Dalam kamus bahasa Arab, Al mu'jam al wasith istilah mu'addib memiliki makna dasar yakni:

Ta'dib dari kata "aduba-ya'dubu" yang memiliki arti melatih mendisiplinkan diri untuk berperilaku sopan santun.

Kata dasar, adaba yadibu yang berarti perjamu-jamuan atau mengadakan acara yang artinya berbuat serta berperilaku sopan santun.

Addaba, juga memiliki arti mendidik, melatih, memperbaiki, mendisplinkan dan memberikan tindakan.

Berdasarkan kutipan diatas, maka secara terminologi maka mu'addib merupakan seorang pendidik yang mampu mengajarkan peserta didik untuk berperilaku (beradab) sesuai ajaran Islam serta ketetapan yang berlakiu di suatu tempat.

Adapun istilah kata mu'addib menurut M. Naquib Al-Attas, 1984 yaitu lebih luas dari istilah muallim dan lebih releven dengan konsep pendidikan Islam. (Hermawan, Haris, A, 2009: 138)

B. Tugas Pendidik dalam Pendidikan

Dalam Islam, tugas dari seseorang pendidik sangat dipandang mulia. Secara umum, seseorang pendidik memiliki tugas untuk mendidik. Terlepas dari itu, pendidik juga bertugas sebagai motivator serta fasilitator dari proses belajar mengajar, sehingga potensi yang dimiliki peserta didik dapat berkembang secara keseluruhan dan tetap dinamis.

Dalam ajaran Islam seorang pendidik mendapat penghargaan yang sangat tinggi, dimana mereka di tempatkan setingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rasul. Hal ini digambarkan dalam hadits-hadits berikut:

Tinta ulama lebih berharga dari pada darah syuhada;

Orang berpengetahuan melebihi orang yang beribadah, yang berpuasa dan menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan sholat, bahkan melebihi kebaikan orang yang berjuang di jalan Allah;

Apabila seorang alim meninggal, maka terjadilah kekosongan dalam Islam yang tidak dapat diisi kecuali dengan orang alim lainnya. (Hermawan, Haris, A, 2009: 138)Sebagaimana Allah SWT befirman yang artinya: "Allah meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat."(QS. Al-Mujadalah : 11)

 Dalam surah tersebut digambarkan bahwa Islam sangat menghargai seorang pendidik dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan potensi kemampuan anak didik, yang mana hal itu akan berdampak kepada peradaban kehidupan selanjutnya. Terdapat nilai lebih yang harus dimiliki seorang pendidik yakni pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang berlandaskan nilai-nilai ajaran Islam. 

Selain mendidik, para pendidik memiliki tugas untuk menciptakan situasi yang baik untuk melakukan proses belajar mengajar sehingga berjalan dengan maksimal. Secara Abuddin Nata (2005:144) berpendapat bahwa tugas pendidik yaitu mengarahkan serta membimbing peserta didik untuk mengembangkan segala pengetahuan. Jika dilihat lebih luas tugas dari pendidik tidak hanya seputas disekolah, namun juga dapat dilakukan dimana pun seperti dirumah.

Jika disesuaikan dengan istilah yang digunakan untuk guru, maka dapat diuraikan tugas seorang pendidik seperti:

Murobbi, bertugas mendidik dan mempersiapkan peserta didik agar mampu menciptakan kreasi serta mampu mempertanggung jawabkan di kemudian hari.

Mu'allim, tugasnya yakni menguasai dan mampu mengembangkan dan menjelaskan terkait ilmu yang dia miliki kepada orang lain.

Mu'addib, tugasnya dapat mempersiapkan para peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang sesuai dengan ajaran Islam.

Seorang pendidik tidak hanya bertugaa sebagai seorang yang memberikan ilmu kepada peserta didik. Dalam hal ini tugas pendidik dapat disimpulkan menjadi beberapa, yakni:

Sebagai intruksional (pengajar) yang merencanakan program serta menjalankannya hingga akhir.

Sebagai educator (pendidik) yang mengarahkan para peserta didik menuju tingkat akhir dan kepribadian yang sesuai dengan tujuan Allah menciptakannya.

Sebagai managerial (pemimpin) yang mengendalikan segala objek seperti peserta didik dan masyarakat terkait mengatur dan menyelesaikan segala hal seperti masalah pengarahan, pengorganisasian, pengontrolan atas program pendidikan yang dilakukan.

 Terlepas dari semua itu, menurut UU No.14 Tahun 2005 tugas seorang pendidik (guru) adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan jalur formal, dasar, dan menengah. (Departemen Pendidikan Nasional, 2003 : 7)

C. Karakteristik Pendidik Muslim

Untuk menjadi seorang pendidik yang berhak di taati, Al-Zarnuji mengatakan bahwa ada beberapa syarat ideal seorang pendidik, diantaranya:

Seorang guru harus 'alim, dimana kata 'alim yang jamaknya "ulama", berdasarkan kajian dakwah yang pada dasarnnya memiliki arti yang luas yakni "orang yang berilmu" atau ilmuan. Kata ulama memiliki arti yang sama yaitu sarjana atau cendikiawan.

Seorang guru harus wara', yakni seorang pendidik harus dapat membedakan mana yang bermanfaat atau tidak.

Guru harus lebih tua, maksud disini yakni, sebagai pendidik yang dapat bertanggung jawab terhadap perkembangan segala aspek lainnya.

Sedangkan menurut Muhammad Athiyah al-Abrasy terdapat beberapa karakteristik ideal yang harus dimiliki seorang pendidik diantaranya: 

Pendidik harus bersifat zuhud (tidak mengutamakan materi dalam tugasnya).

Pendidik harus berjiwa bersih dari segala akhlak dan sifat buruk.

Harus ikhlas dalam melakukan tugasnya.

Pendidik harus memiliki sifat pemaaf.

Seorang guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai seorang bapak atau ibu sebelum dia menjadi guru.

Guru harus mengetahui kemampuan anak didik seperti bakat yang dimilikinya, wataknya dan lainnya. (Syar'i, Ahmad, 2005 : 36-37)

Adapun karakteristik pendidik dalam perspektif Al-Qur'an dan haditsnya, diantaranya:

Jujur (QS. At-Taubah: 119)

Sabar (QS. Al-Anfal: 46)

Arif dan bijaksana (QS. Ali-Imran: 159)

Berkepribadian mantab (QS. Ali-Imran: 31)

Berwibawa (QS. An-anbiya: 81)

Berkepribadian stabi (QS. Al-Isra': 36)

Dewasa (QS. An-Nisa: 58) 

PENUTUP

Murobbi merupakan seorang pendidik yang membantu mempersiapkan peserta didik agar mampu dalam berkreasi dan mempertanggung jawabkan kreasinya sehingga tidak menimbulkan pengaruh buruk bagi dirinya dan makhluk lainnya.

Mu'allim adalah seseorang yang mampu berkontribusi secara sistematis dan dipercaya dalam mengantarkan para peserta didik menuju kesempurnaan serta kemandirian. Mu'allim juga merupakan seseorang yang menguasai ilmu serta dapat mentransfernya kedalam kehidupan yang lebih luas.

Mu'addib merupakan seorang pendidik yang mampu mengajarkan peserta didik untuk berperilaku (beradab) sesuai ajaran Islam serta ketetapan yang berlakiu di suatu tempat.

Seorang pendidik memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan potensi kemampuan anak didik, yang mana hal itu akan berdampak kepada peradaban kehidupan selanjutnya. para pendidik memiliki tugas untuk menciptakan situasi yang baik untuk melakukan proses belajar mengajar sehingga berjalan dengan maksimal.

Adapun karakteristik pendidik dalam perspektif Al-Qur'an dan haditsnya, diantaranya:

Jujur (QS. At-Taubah: 119)

Sabar (QS. Al-Anfal: 46)

Arif dan bijaksana (QS. Ali-Imran: 159)

Berkepribadian mantab (QS. Ali-Imran: 31)

Berwibawa (QS. An-anbiya: 81)

Berkepribadian stabi (QS. Al-Isra': 36)

Dewasa (QS. An-Nisa: 58)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional,Undang-undang RI.Nomor:20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta Penjelasannya, Bandung: Fokusmedia, 2003.

Hermawan, A. Haris. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2009

Hidayat, Rahmat & Henni Syafriana Nasution, Medan : LPPPI, 2016.

Mandzur, Ibn. Lisan al-Arab, Jilid IX, Beirut-Libnan: Dar al-Tatsi al-'Araby,711 H

Ramayulis dan Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2009.

Syar'i, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Pustaka Firdaus, 2005.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet. II; Bandunng : Remaja Rosdakarya,1994.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun