Mohon tunggu...
Eka D. Nuranggraini
Eka D. Nuranggraini Mohon Tunggu... -

membaca hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Laut Kembali Sunyi (Bagian 27)

27 Juli 2016   10:21 Diperbarui: 27 Juli 2016   10:27 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

 “Kalian berdua sepertinya sangat dekat, dan saling memberi perhatian satu sama lain,” kata Sekar kemudian. Wulan tersenyum, dia mengetahui arah pembicaraannya, lalu dengan jelas menjawab kalau dia dan Taufan hanya berteman saja, perhatian yang mereka berikan pun hanya sebatas teman, tidak kurang dan tidak lebih.

            “Kamu mencintainya?” Wulan balas bertanya.

            Sekar menghela nafasnya. “Bohong, jika aku bilang tidak! Tapi sepertinya dia tidak mempunyai perasaan yang sama dengan apa yang aku rasakan sejak dulu.”

            “Tapi Taufan menyayangimu.”

            “Yah, dia menyayangiku hanya sebagai teman dan sebagai adik.”

            Seorang dokter keluar, mengatakan kalau Taufan sudah sadar dan ingin bertemu dengan Mama dan Papa. Mama dan Papa langsung masuk ke ruang UGD, yang lainnya tetap menunggu di luar, ada kelegaan di wajah mereka ketika mendengar Taufan telah sadar.

            Kosim datang bersama dengan istrinya dan Dayat, dia diberitahu oleh Lintang. Lintang dan Bayu menyambut ketiganya. Laila bercerita kepada Bayu dan Lintang tentang Taufan yang datang ke rumahnya jumat sore dalam keadaan pucat dan lemah.

            Wulan mendekati Kosim. “Jadi, Mas ini teman Taufan yang pelukis itu?” tanyanya, kemudian mengenalkan diri. “Taufan pelukis yang berbakat.” Dia menceritakan kalau Taufan telah melukis dirinya dan kakeknya.

            “Sangat berbakat!” kata Kosim dengan tegas.

            Pintu ruang UGD terbuka, Papa keluar sendirian dan langsung mendekati Wulan. “Taufan ingin bertemu denganmu.” Papa berkata dengan nada rendah tidak seperti saat upacara wisuda yang berbicara dengan nada tinggi kepada Wulan. Tanpa komentarr apa-apa Wulan langsung ke ruang UGD.

            Wajah Papa menegang saat melihat Kosim dan Dayat. Lintang yang melihat gelagat kurang baik langsung memegang tangan Papa dan menyuruhnya untuk duduk. “Bukan waktunya untuk berdebat Pa,” bisiknya, lalu menanyakan tentang keadaan Taufan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun