“Mau apa anak itu pergi ke pantai dalam cuaca buruk begini!” tukas Papa.
“Sudahlah Pa! Bukan waktunya untuk menyalahkan siapa-siapa. Yang penting kita tahu bagaimana keadaan Taufan!” sergah Mama dengan nada kuatir, matanya berkaca-kaca. Bayu, Mama dan Papa menemui dokter yang menangani Taufan. Beberapa saat kemudian ketiganya keluar. Bayu nampak sedih, Mama menangis dengan dipapah oleh Papa. yang wajahnya terlihat tegang.
Wulan dan Syamsul menghampiri Bayu. “Apa yang terjadi dengan Taufan?” tanya Wulan.
Bayu menghela nafasnya.
“Taufan menderita kanker paru-paru stadium akhir! Dokter menyesalkan kenapa Taufan sangat terlambat untuk dibawa ke dokter.”
Wulan terkejut. “Tapi masih bisa disembuhkan kan?”
Bayu kembali menghela nafasnya. “Kita hanya bisa berdoa.”
Wulan merasa kakinya lemas, Syamsul memeganginya. Mama menangis dalam pelukan Papa.
***
Wulan sebenarnya ingin sekali menunggui Taufan di rumah sakit dan ingin melihatnya tersadar, namun dia harus pulang bersama ayahnya, kewajiban-kewajiban dan tanggung jawabnya di rumah tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Bayu, Papa dan Mama menungguinya di rumah sakit. Mama tak henti-hentinya menangis. Disela tangisnya dia menyebut-nyebut nama Taufan dan menyalahkan Papa. Papa hanya terdiam sambil terus memeluknya.
***