“Terlambat apanya?”
Taufan hanya tersenyum. “Aku tahu Baruna mencintaimu. Dia sangat mengagumimu.” Wulan terdiam. “Dan Baruna pun tahu kalau aku juga mencintaimu!” Wulan memandang Taufan dengan tatapan tidak percaya. “Aku hanya ingin tahu bagaimana perasaan kamu terhadap kami berdua.”
Wulan menunduk. Gadis itu tidak tahu harus menjawab apa. Terdengar Taufan terbatuk-batuk sambil memegangi dadanya. Wulan memegangi pundaknya dan mengajaknya untuk pergi ke rumah Kakek. Taufan tiba-tiba mengerang kesakitan, wajahnya semakin memucat, nafasnya terputus-putus dan tiba-tiba keluar darah dari mulutnya. “Taufan!” teriak Wulan dan langsung merangkul Taufan yang terlihat kesakitan. “Fan! Kamu kenapa?” Wulan nampak panik. Hujan rintik-rintik mulai turun. Tiba-tiba badan Taufan melunglai. “Taufan!” Wulan mengguncang-guncang tubuh Taufan yang tidak sadarkan diri. Wulan langsung memeluknya dan berteriak meminta tolong.
***
Dengan ditolong beberapa orang dan ayahnya, Wulan membawa Taufan ke dokter puskesmas perkampungan nelayan. Dokter menyarankan untuk membawa Taufan ke rumah sakit, karena memerlukan pertolongan yag lebih lanjut.
Wulan dan Syamsul membawa Taufan ke rumah sakit terdekat dengan mobil ambulance puskesmas. Di rumah sakit Taufan langsung masuk UGD. Wulan yang masih merasa panik menghubungi Bayu dengan menggunakan hp Taufan yang terjatuh saat di pantai. Hp yang pernah ditertawakannya karena dianggap sudah ketinggalan jaman, namun Taufan berdalih hp tersebut adalah hp pertama yang dibeli dari hasil keringatnya sendiri, walaupun tidak secanggih hp sekarang namun menurutnya hp tersebut cukup tangguh dan tahan banting. Wulan menghubungi kakak ipar Taufan tersebut. Dia mengatakan kalau Taufan sakit dan dibawa ke rumah sakit.
Dokter yang menangani Taufan ingin bertemu dengan keluarga Taufan karena ada hal penting yang ingin disampaikannya. Wulan mengatakan kalau keluarganya belum datang.
“Apa dia parah dok?” tanya Wulan penasaran. Dokter mengangguk pelan. “Tapi teman saya itu akan sembuh kan dok?”
“Kami akan berusaha sebaik mungkin.”
***
Kurang dari satu jam, Bayu datang bersama Papa dan Mama. Bayu menemui Wulan dan bertanya apa yang sesungguhnya terjadi dengan adik iparnya tersebut. Wulan menceritakan semuanya.