“Aku tidak mau membahasnya sekarang!” jawab Sekar cepat.
“Maafkan aku,” balas Taufan.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan.”
Keduanya kemudian terdiam dengan angan dan pikirannya masing-masing. Mobil terus berjalan mengikuti mobil depan yang dikemudikan Bayu.
“Andai saja ada Mas Badai, juga Baruna,” benak Taufan sambil memandang keluar jendela kaca mobil.
***
Suasana makan bersama yang seharusnya menjadi sesuatu yang menyenangkan akhirnya berlangsung dalam suasana tegang. Bayu yang berusaha mencairan suasana dengan bertanya tentang rencana Taufan selanjutnya setelah mendapatkan gelar sarjananya tidak berpengaruh karena Taufan hanya menjawab singkat.
“Aku tidak perlu merencanakan apa-apa Mas. Semuanya terserah Papa!”
“Bagus! Akhirnya kamu sadar itu!” sahut Papa.
Lintang yang tidak ingin ada perdebatan lagi antara Papa dan adiknya akhirnya bertanya pada Sekar tentang kegiatannya dan rencana kedepannya. Saat Mama menyinggung soal perjodohan, Sekar hanya tersenyum tipis.
“Kalau memang jodoh pasti tidak akan kemana tante. Tapi perasaan tidak bisa dipaksakan.”