Mohon tunggu...
Eka D. Nuranggraini
Eka D. Nuranggraini Mohon Tunggu... -

membaca hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Laut Kembali Sunyi (Bagian 25)

25 Juli 2016   11:26 Diperbarui: 1 April 2017   08:55 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

            “Aku tidak mau membahasnya sekarang!” jawab Sekar cepat.

            “Maafkan aku,” balas Taufan.  

            “Tidak ada yang perlu dimaafkan.”

            Keduanya kemudian terdiam dengan angan dan pikirannya masing-masing. Mobil terus berjalan mengikuti mobil depan yang dikemudikan Bayu.

            “Andai saja ada Mas Badai, juga Baruna,” benak Taufan sambil memandang keluar jendela kaca mobil.

***

            Suasana makan bersama yang seharusnya menjadi sesuatu yang menyenangkan akhirnya berlangsung dalam suasana tegang. Bayu yang berusaha mencairan suasana dengan bertanya tentang rencana Taufan selanjutnya setelah mendapatkan gelar sarjananya tidak berpengaruh karena Taufan hanya menjawab singkat.

“Aku tidak perlu merencanakan apa-apa Mas. Semuanya terserah Papa!”

“Bagus! Akhirnya kamu sadar itu!” sahut Papa.

Lintang yang tidak ingin ada perdebatan lagi antara Papa dan adiknya akhirnya bertanya pada Sekar tentang kegiatannya dan rencana kedepannya. Saat Mama menyinggung soal perjodohan, Sekar hanya tersenyum tipis.

“Kalau memang jodoh pasti tidak akan kemana tante. Tapi perasaan tidak bisa dipaksakan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun