Mohon tunggu...
Eka D. Nuranggraini
Eka D. Nuranggraini Mohon Tunggu... -

membaca hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Laut Kembali Sunyi (Bagian 25)

25 Juli 2016   11:26 Diperbarui: 1 April 2017   08:55 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

            “Teman macam apa dia!”

            “Dia teman baikku Pa! Dia juga gadis yang baik!”

            “Baik bagaimana?! Main peluk laki-laki di depan umum!”

            Taufan mendengus. “Bukan dia yang memelukku Pa, tapi aku yang memeluk dia!”

            “Oh jadi begitu? Apa kamu tidak melihat Sekar ada di sini?! Ingat Fan, perjodohan itu akan tetap beranjut!”

            Sekar nampak menunduk.

            “Papa, Taufan, sudahlah, jangan rusak kebahagiaan hari ini dengan pertengkaran kalian yang tidak pernah ada ujung pangkalnya!” kata Lintang. Sementara mata Mama mulai berkaca-kaca.

            Taufan mendengus, dia ingin mengeluarkan seluruh isi hatinya, tentang apa yang dirasakannya, namun mengurungkannya karena tidak tega melihat Sekar, juga Mama. Melihat keadaan tersebut Bayu kembali mengajak mereka untuk segera merayakan wisuda Taufan dengan makan bersama seperti rencana yang telah mereka susun. Taufan dan Papa akhirnya diam. Mereka pun akhirnya pergi. Karena tidak ingin ada pertengkaran kembali antara Papa dan Taufan, Lintang menyuruh adik bungsunya itu ikut mobil Sekar.

            “Maaf, melibatkanmu dalam masalahku dengan Papa,” kata Taufan yang duduk di samping Sekar yang sedang menyetir.  

            Sekar tersenyum. “Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong dia itu cantik. Kalian sudah lama saling mengenal?”

            “Wulan?” Sekar mengangguk. “Baru beberapa bulan. Baruna yang memperkenalkanku dengannya. Dia lebih dulu mengenal Wulan. Dan kami bertiga akhirnya berteman baik.” Sekar mengangguk-angguk. “Oh iya Sekar, tentang perjodohan itu…” Taufan mengalihkan pembicaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun