Mohon tunggu...
Eka Budhi Sulistyo
Eka Budhi Sulistyo Mohon Tunggu... profesional -

Fakultas Peternakan Unsoed adalah almamater ... cinta ternak, ingin peternakan Indonesia maju dan peternaknya makmur, suka pertanian terpadu .... COWMANIA

Selanjutnya

Tutup

Money

Potensi Itu Masih Ada - Mengutik Potensi Sapi Potong Indonesia

13 Desember 2010   03:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:46 2704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

64,0

70,0

*) estimasi pemotongan betina produktif sebanyak 200.000/tahun

*) replacement/pengganti induk sapi potong sebanyak 1,3 juta ekor (LJP, 2008)

(Sumber : Deptan, Juli 2009)

Jumlah populasi ternak sapi potong yang kurang dari 5% jumlah penduduk Indonesia menunjukkan betapa ketidakseriusan para stake holder dalam mengembangkan peternakan sapi potong Indonesia. Pemotongan betina produktif yang rata-rata mencapai 200.000 ekor per tahun memberi penegasan betapa kita masih jauh dari niatan untuk berswasembada daging dan air susu sapi. Nilai impor daging dari luar negeri yang masih berpotensi polemik terus mengalir ditambah dengan membanjirnya impor ternak sapi terutama dari Australia merupakan bukti betapa negara ini lebih senang disebut 'shopaholic of cattle' daripada 'producer of cattle'. Kondisi peternakan rakyat yang senang dengan ternak lokal (brahman, simmental, limousine, brangus, angus, peranakan ongole, bali, madura, grati) yang memiliki nilai reproduktif tinggi tentunya berbeda dengan jenis ternak impor dari Australia yang merupakan Brahman Cross (ternak Brahman yang disilangkan dengan beberapa jenis ternak lain, seperti Shorthorn, Hereford, Braford atau Drougmaster) dan lebih mengarah pada 'ternak hibrida' sehingga nilai reproduktifnya terbilang rendah.

Nilai merah lain yang tertoreh adalah masih rendahnya nilai konsumsi perkapita rakyat Indonesia terhadap produk-produk peternakan dibandingkan dengan negara-negara lain, terutama negara jiran. Data Apfindo (Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia) (2007) menunjukan bahwa pangsa konsumsi daging nasional didominasi oleh daging ayam sebesar 56 %, sapi 23%, babi 13 %, kambing dan domba 5% dan lainnya sekitar 3 %. Konsumsi protein hewani di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, masih tergolong rendah. Rata-rata konsumsi ayam di ASEAN 7.5 kg/kapita/tahun, Indonesia 4.5 kg/kapita/tahun menduduki peringkat ke lima setelah Filipina 8.5 kg/kapita/tahun, Kamboja menduduki peringkat terendah kurang dari 2.0 kg/kapita/tahun, dan Malaysia merupakan konsumen terbesar 38.5 kg/kapita/tahun. Konsumsi telur pun tidak jauh beda, Indonesia 67 butir/kapita/tahun sedangkan Malaysia 311 butir/kapita/tahun (FAO : 2005).

Konsumsi Perkapita Produk Peternakan

Wilayah

Daging (kg/tahun)

Susu (kg/tahun)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun