kecelakaan mobil itu terjadi.Â
Aku dan Mahen, berada dalam satu mobil ketika truk bermuatan semen menabrak mobil kami dari arah berlawanan. Aku selamat, walau sempat tak sadarkan diri beberapa minggu. Namun betapa terkejutnya aku, saat tak menemukan Mahen di sampingku. Aku mencarinya. Akan tetapi tidak seorang pun memberitahuku dimana keberadaan Mahen.
Aku merana. Tiap hari, aku menangis. Memohon kepada kakakku untuk memberitahu keberadaan Mahen. Hingga akhirnya aku mendapati kenyataan yang paling menyakitkan. Mahen meninggal dalam kecelakaan tersebut.
Ini tidak adil, Tuhan. Mengapa hanya Mahen? Bukankah kami berada dalam mobil yang sama waktu itu? Aku meraung sejadi-jadinya. Melempar barang-barang yang di sekitarku. Semua nampak gelap. Saat mengetahui kematian Mahen, semestaku seolah runtuh.
Hampir setiap malam aku menangis. Entah sudah berapa minggu aku habiskan meratapi takdir jahat ini. Hingga suatu malam, dalam bunga tidurku, aku bertemu dengan sesosok pria yang menawarkan sebuah tawaran yang menarik. Kehidupan Mahen untuk kematian yang lain. Aku terbangun. Mimpi itu terasa nyata.
Awalnya aku tak menggubrisnya, namun karena mimpi itu terus datang selama dua bulan terakhir, aku menjadi semakin penasaran. Diselimuti perasaan kesepian dan putus asa yang mendalam sepeninggal Mahen, aku mencoba untuk melakukan penawaran dengan sosok pria itu.
Aku mempunyai tiga kesempatan. Ditandai dengan tiga titik hitam di telapak tanganku. Entah itu malaikat atau iblis, aku sudah tak peduli lagi, asal dia bisa membuat Mahenku kembali, aku rela bertransaksi dengan apapun itu termasuk nyawaku.
Pagi itu, sinar matahari menembus gorden kamar menyilaukan kedua netraku yang tertidur. Aku menggeliat pelan. Sembari melihat deretan pesan yang berbunyi sedari tadi. Itu dari Mahen yang mengajakku bersiap untuk ikut ke rumah ibunya di Bandung. Aku terkesiap. Buru-buru aku melihat kalender di ponselku. Tertanda tanggal 20 Maret. Hari dimana kami mengalami kecelakaan.
Aku tak percaya aku kembali ke masa lalu. Sambil membalikan telapak tangan, aku dapat melihat tiga titik hitam itu. Aku tersenyum bahagia, air mata keluar dari ekor mataku. Aku bersyukur untuk kehidupan kedua ini.Â
Dengan menggunakan berbagai alasan, akhirnya aku berhasil menahan Mahen agar tidak pergi ke Bandung. Jika kecelakaan itu berhasil digagalkan, maka Mahen akan terus hidup bukan?
Aku bersyukur atas berkah ini. Tak hentinya aku panjatkan puji syukur kepada Tuhan atau iblis yang sudah menolongku. Hari ini kami terhindar dari kecelakaan maut itu. Aku dan Mahen berencana menikmati pasar malam di tengah kota malam ini. Sebuah berita sedikit mengusik kebahagiaanku, mantan pacarku yang abusive meninggal dalam kecelakaan. Aku masih tak mempercayainya tapi aku tak mau ambil pusing dan memilih fokus pada kebahagiaanku.