"Lucu. Kamu percaya setan tapi tidak percaya dengan kuyang. Harga diriku cukup tergores." Ia menyunggingkan senyum, merasa pacar di depannya ini sangat lucu.
"Aku akan menceritakan ini sekali. Dengarkan. Lalu putuskan, apa yang ingin kamu lakukan dengan hubungan kita. Tapi satu hal, jika kamu berani menceritakan kisahku ini ke orang lain. Aku pastikan kepalamu itu nanti yang akan terlepas dari tubuhmu." Ucap Lana dingin dan menusuk. Nadanya begitu serius. Sorot matanya kelam, seolah ia siap merobek jantung Juan saat itu juga.
"Ba....Baik"
"Keluargaku adalah keluarga penyembah setan. Sudah dari turun temurun, kami mewarisi kekuatan hitam ini. Perjanjian dengan iblis bukanlah sesuatu yang bisa terputus begitu saja. Kendati aku tak menginginkan kutukan ini, toh aku harus melakukannya. Karena itu sudah ada di darahku. Ini adalah tanda kalau aku adalah Kuyang." Lana menjeda ceritanya. Ia tunjukan garis melingkar di lehernya.
"Sebagai gantinya, harta yang melimpah, paras yang rupawan serta kemasyuran dijanjikan pada kami. Setiap dari garis keturunan kami, akan menerima kekuatan ini ketika umur kami beranjak dewasa. Rumah ini juga salah satu rumah peninggalan leluhurku." Lana hembuskan nafas kasar. Ia sempat berhenti bercerita. Menimbang perlu tidaknya ia menceritakan hal-hal selanjutnya.
"Beberapa dari kami, menyerap energi anak kecil. Ada yang harus mendapat darah segar bayi. Dan pada beberapa kasus, kami terpaksa harus menghisap darah hewan sekedar untuk melepaskan dahaga kami. Pada kasusku, aku menghisap darah hewan ketika tidak ada darah bayi yang bisa aku minum. Itu tidak cukup untuk memenuhi energiku, tapi cukup untuk menahan rasa haus kami selama beberapa hari."
Juan termangu, ia tak tahu harus berkata apa. Ia masih takut bercampur kaget mengetahui kenyataan wanita yang ia cintai adalah manusia jadi-jadian.
"Lalu, apakah ada cara untuk melepaskan kutukan itu? Pasti ada kan?" Tanya Juan, berusaha mendistraksi rasa takutnya.Â
"Sayangnya tak ada. Ini adalah kutukan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Karenanya, aku tak mungkin bercinta denganmu hanya karena aku ingin. Kamu mengerti bukan, sekarang?"
Juan tertunduk. Ia menahan malu. Ia memang cukup sering memimpikan bisa membangun keluarga bahagia dengan Lana. Tentu dengan anak-anak yang lucu. Tapi mengetahui ini, bagaimana itu bisa menjadi mungkin.Â
"Nah J, sekarang kamu tahu bukan. Mengapa aku tak bisa kamu ajak bepergian semaumu. Atau laranganku padamu selama ini." Tutur Lana lembut.Â