Juan khawatir. Jangan-jangan kekasihnya itu pingsan. Ia harus cepat menolongnya. Ia kini berjalan mengitari rumah itu, mencari letak pintu belakang.Â
Ketemu.
Segera ia coba buka pintu belakang itu. Beruntungnya pintu itu lupa dikunci oleh Lana. Setelah menaruh buket bunga dan buah tangan yang ia bawa di meja makan, Juan segera masuki rumah itu.
Sekarang yang ia harus cari adalah kamar Lana. Ia coba menelusuri tiap centi rumah besar itu. dan dia menemukan kamar yang ia curigai kamar kekasihnya. Satu-satunya kamar yang terkunci di rumah itu. Ia ketuk pintu itu. Hening. Tak ada jawaban.
Juan coba membuka paksa pintu kamar itu. Ia mundurkan tubuhnya. Bersiap mendobrak pintu.Â
"Brakkk"
Pintu berhasil didobrak. Juan tersungkur dan jatuh tepat di bawah kaki sang kekasih. Gaun merah gadis itu menjuntai hingga menutupi mata kaki sang gadis. Juan yang tak sengaja melihat siluet kaki putih dan mulus sang kekasih, menjadi salah fokus dan gugup sendiri.
Juan mencoba bangkit, tatap matanya menelusuri tubuh sang gadis dari bawah hingga atas. "Maaf sayang, aku mendobrak paksa pintu kamar kamu itu- argghhhhh." Teriak Juan histeris. Ia terjengkang ke belakang saking kagetnya.Â
Ucapannya terhenti saat netranya menangkap pemandangan mengerikan. Saat tatapannya mengarah ke wajah sang gadis, kepala gadis itu sudah terlepas. Juan masih berada di posisinya jatuh terjengkang, ia berteriak seperti anak kecil.Â
"Tolongggg... Siapapun." Teriak Juan histeris.Â
"Seseorang mati. Pacar saya mati."