"Sang Hyang Widi, tolong saya." Juan berteriak sambil mengatupkan kedua telapak tangannya. Ia memejamkan matanya sambil terus merapalkan doa apapun yang ia bisa.Â
"J, apa yang kamu lakukan?" Tanya Lana yang kini wajahnya sudah beberapa centi di depannya. Juan langsung lemas, badannya yang sudah gemetar sedari tadi mulai kehilangan kesadaran.Â
"Sungguh Merepotkan." Ucap Lana datar. Lana raih tangan pria itu dan menggendongnya di bahu. Segera ia tidurkan pria itu di atas sofa di ruang tamu.
Beberapa jam berlalu. Lana masih duduk di samping Juan, menantikan kesadarannya. Juan menggeliat kecil. Pelupuk matanya terbuka perlahan. Saat pandangan mereka bertemu. Juan langsung memundurkan tubuhnya ketakutan.Â
"Jangan bunuh saya, kakak setan. Saya terlalu muda dan tampan untuk mati." Mohon juan sembari menangkup kedua telapak tangannya.
"Siapa juga yang ingin membunuhmu J? Apa kamu bahkan sudah tidak kenal kekasihmu lagi?" Jawab Lana datar, pandangannya santai menatap Juan.
"Lana? Ga mungkin kamu Lana. Kamu pasti setannya kan? Ngaku. Lanaku pasti udah mati." Juan menggeleng tak percaya. Pikirnya tak mungkin. Seseorang yang kepalanya putus masih bisa hidup.
"J, ini aku Lana. Aku masih hidup." Ucap Lana sambil memijit pelipisnya lelah.Â
"Lana, tapi gimana bisa?"Â
"Bisa aja, kan aku kuyang."
"Kuyang. Ayolah ini udah tahun berapa. Ga mungkin kan itu?" Bantah juan, masih tak percaya.