Seorang anak menangis lalu menjatuhkan dirinya ke lantai.
Entah apa yang diinginkannya, tapi ia berteriak dan berkali-kali menghentakkan kaki sambil menatap gurunya.
"Kamu memanggilku? Kamu ingin bantuanku?"Â kata gurunya sambil menunjukkan sejumlah kartu.
Anak itu tidak mengangguk, tapi tangannya berusaha meraih salah satu kartu itu.
Dalam keterbatasan, mereka berusaha berkomunikasi satu sama lain.
Peristiwa itu bukan bagian adegan film, tapi sedikit pengalaman yang saya observasi ketika mengunjungi The Milestone School, sekolah untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di wilayah Gloucester, UK.Â
Kunjungan ini adalah bagian dari kegiatan akademik prodi PGPAUD dan PGSD Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang didanai British Council atas kerjasama transnational antara Indonesia dan United Kingdom.Â
Di sana, selama 9 hari kami menuntaskan sebagian program belajar yang fokus pada materi tentang Pendidikan anak usia dini (PAUD) dan Pendidikan inklusi di University of Gloucestershire. Tulisan ini adalah hasil refleksi dari perjalanan itu.
United Kingdom secara historis dikenal memiliki penekanan yang kuat pada bidang pendidikan di semua level, termasuk pendidikan anak usia dini dan Sekolah Dasar (SD).Â
Melalui Early Years Foundation Stage (EYFS), pemerintah Inggris menyediakan standar mutu untuk perkembangan, pembelajaran, dan pengasuhan anak dari usia 0 sampai 5 tahun.Â