Harus diakui, kereta api merupakan salah satu moda transportasi di Indonesia yang mengalami perubahan sangat baik dalam melayani penumpang.Â
Dahlan Iskan dan Ignasius Jonan telah meletakkan fondasi transformasi tersebut.Â
Orang-orang tidak lagi dapat masuk sembarangan . Tidak ada lagi leyeh-leyeh menggelar tikar sambil membuka pintu gerbong.
Semua tertib demi kenyamanan dan keamanan penumpang. Jadwal tepat waktu.
Inovasi terus diberikan, sampai akhirnya, masyarakat Indonesia mendapati kereta Panoramic yang baru-baru ini diluncurkan.
Kereta tambahan ini menawarkan pengalaman menumpang kereta dengan lanskap luas melihat pemandangan di luar.
Kereta panoramic merupakan gerbong tambahan pada kereta Eksekutif Taksaka Jakarta Yogyakarta. Harga tiket kereta Panoramic Rp1.000.000Â per orang.
Harganya hampir 2x lipat dari tarif kereta eksekutif tertinggi. Tetapi, itu bukan suatu hambatan demi menikmati gaya perjalanan baru.
Selama Bermanfaat, Perubahan di Kereta Api Akan Diterima Baik Masyarakat
Perubahan di dalam transformasi KAI tentu saja membuat sebagian penumpang merasa keberatan.
Hal tersebut wajar. Jika terasa manfaatnya, orang akan menerima dan terbiasa.
Toh, akhirnya kita menikmati bagaimana suasana di stasiun dan di dalam kereta dapat memberikan kenyamanan kepada penumpang.
Bandingkan pada zaman sebelum perubahan ini. Ada rasa was-was, jangan sampai barang berpindah tangan.
Catatan untuk Pelayanan KAI: Kuris Tegak Gerak
Transformasi KAI berjalan baik. Namun demikian, tetap ada catatan yang menjadi perhatian.
Saya memulai dengan mengacu pada standar layanan pelanggan, maka jenis layanan diklasifikasikan dua, hard standards dan soft standards.
Model ini sering digunakan oleh pelaku usaha yang bergerak dalam bidang jasa. Singkatnya, hard standards mengacu pada pelayanan yang yang dapat dihitung dan diamati, seperti waktu merespon dan waktu pengiriman.
Sementara, soft standards mengacu pada hal-hal yang tidak dapat diukur seperti kemampuan berkomunikasi, keramahan dalam melayani pelanggan, terpercaya dan sebagainya.
Dari dua klasifikasi di atas, kita tahu bahwa KAI begitu andal dalam memenuhi hal tersebut, walau tidak sepenuhnya memenuhi harapan sebagian besar penumpang.
Memangnya apa yang dikeluhkan penumpang? Bangku tegak gerak alias bangku penumpang kelas Ekonomi.
Jika mengandalkan nalar umum, tentu keberadaan bangku tersebut tidak memberikan rasa nyaman kepada penumpang.Â
Terlebih kepada mereka yang melakukan perjalanan jarak jauh kereta selama lebih dari 4 jam.Â
Penumpang harus melakukan improvisasi untuk menemukan titik kenyamanannya.
Hal ini menjadi perhatian.Â
Musababnya, harga tiket kereta jarak jauh Kereta Api terutama di Pulau Jawa mengalami kenaikan cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir.Â
Namun keberadaan kursi tegak gerak di kelas ekonomi ini tetap dipertahankan.
Kereta Api: Kereta Rakyat yang Siap Naik Kelas, Kecuali Kelas Ekonomi
Pada dasarnya, setiap penumpang memiliki preferensi masing-masing dalam menentukan moda transportasi apa yang hendak mereka tumpangi dalam perjalanan jarak jauh.
Jika ingin cepat, pilihlah pesawat terbang. Jika ingin nyaman dan tidak terburu-buru, pilihlah bus atau kereta eksekutif.
Dan lagi-lagi, pertimbangan apapun yang diambil, semua akan bermuara pada berapa harga tiketnya?
Niat orang memilih kereta api sebagai moda transportasi cukup unik.Â
Kereta Api sudah kadung melekat dalam ingatan orang sebagai moda transportasi darat yang 'merakyat' alias murah dan terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah.Â
Murahnya biaya tersebut tidak lepas dari subsidi PSO yang diberikan kepada Kereta Api. Untuk tahun 2022, subsidi PSO yang diterima KAI sebesar Rp3,051 triliun untuk PSO KA Ekonomi dan Rp186,7 Miliar untuk subsidi KA Perintis.
Namun, keberadaan 'tiket murah ini' sangat terbatas. Siapa cepat, dia dapat.Â
Selebihnya, penumpang dapat memilih kelas lain dengan harga relatif lebih tinggi. Apalagi, sekarang kelas ekonomi terbagi lagi dalam subkelas CA, C, P, Q, S, dan Z. Subkelas CA tarif batas atas dan subkelas S tarif terendah.
Perbedaan subkelas tersebut hanya dari segi harga, tetapi tidak ada perbedaan fasilitas.
Kereta Panoramic Menawarkan Perspektif Baru
Persoalan harga tiket ini terlihat sangat klasik, akan tetapi memang begitulah adanya. Selagi kemampuan daya beli bagus, tidak akan ada masalah untuk membayar lebih mahal.Â
Dan jangan lupa, kereta api jarak jauh sampai sekarang sebenarnya lebih banyak digunakan para pekerja, perantau dan pelajar.Â
Mereka adalah orang yang benar-benar sangat bergantung pada keberadaan transportasi murah.
Kabar baiknya, harga tiket kereta saat ini memberikan persaingan yang sehat bagi kompetitor lainnya, seperti bus AKAP, untuk bernapas lega karena tidak tertekan akibat persaingan tidak sehat dari segi harga.
Kereta Api melalui peluncuran kereta Panoramic berusaha menyatakan bahwa mereka hadir untuk memberikan pengalaman unik kepada penumpang.
Kereta Panoramic menjadi awal dari perjalanan panjang si kuda besi ini.
Belum ada kata terlambat meski pesaingnya perusahaan otobus sudah lebih dahulu menawarkan pengalaman baru kepada penumpang: tidur nyenyak menggunakan bus double decker.
Kabarnya, PT KAI akan memperbarui kereta ekonomi, namun tentang pergantian kursi tegak masih dalam pembahasan.
Cukup aneh bila hal seperti ini tetap dipertimbangkan, kecuali biaya pembelian kursi sangat mahal, tetapi cukup menggelitik jika harus menerima alasan ini. Â Â Â
Dan kereta Panoramic juga menawarkan perubahan cara pandang. Orang-orang ini mau membayar mahal selama fasilitas dan fitur yang diberikan sangat memuaskan.Â
Penumpang ekonomi pun tidak lagi dihadapkan pada pilihan sulit: murah tapi sulit tidur.Â
Terlebih, KAI perlu melakukannya untuk menghindari kesan adanya ketimpangan tinggi antara kereta kelas ekonomi dan non-ekonomi.
Sebab, sejatinya penumpang kelas ekonomi membutuhkan tidur nyenyak dan posisi duduk yang nyaman untuk membuang stress dari hasil mengadu nasib di kota yang tidak menentu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI