Melihat Qatar dalam kacamata internasional memang sedikit kompleks. Di satu sisi, mereka tampak bermasalah, tetapi di sisi lain, mereka sangat bersahabat.
Qatar hampir tidak seperti negara Timur Tengah lainnya yang memiliki sentimen buruk. Bahkan, boleh dikatakan, Qatar sangat mesra berhubungan dengan beberapa pemimpin Eropa.
Salah satunya adalah kedekatan Qatar dengan Prancis sewaktu di bawah kepresidenan Nicolas Sarkozy.Â
Jika menimbang secara adil, Qatar selama satu dekade ini tampak serius membangun diri sebagai penentu di panggung internasional.
Qatar diberkahi sumber minyak yang memberikan mereka dana tidak terbatas.Â
Tetapi, mereka paham bahwa menarik perhatian internasional tentu harus memberikan proyeksi jelas di masa depan.Â
Mereka memilih jalur olah raga untuk membangun portfolio di masa mendatang. Pembelian Paris Saint Germain adalah salah satu contoh.
Jika mengungkit masalah HAM, Qatar juga tidak seburuk yang terpikirkan.Â
Tahun lalu, selama krisis Afganistan, Qatar berhasil mengevakuasi lebih dari 50.000 orang dari sana. Sheikh Tamim pun menyerukan para pemimpin dalam pertemuan G20 untuk membuka dialog daripada mengisolasi Afghanistan.
Dia menyatakan keinginan Qatar untuk "memastikan saudara-saudara Afghanistan hidup di bawah perdamaian dan stabilitas."
Tetapi sayang beribu sayang, semua sudah terlambat. Cerita ini mencapai kesimpulan bahwa menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 bukan pilihan tepat.Â