Menghadapi kritikan keras, Qatar tidak tinggal diam.Â
Sebagai contoh, mereka memperkenalkan perlindungan tenaga kerja dan mengakhiri sistem kafala, yang mencegah buruh imigran berganti pekerjaan, sebagai tanggapan atas kritik terhadap perlindungan tenaga kerja.
Tetapi beberapa pengamat mempertanyakan keefektifan perubahan tersebut dengan upah minimum sebesar 1 Euro per jam.
Nah, apapun yang dikerjakan Qatar tampaknya tetap salah.Â
Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani menyadari bahwa posisi Qatar tengah mendapat serangan luas. Ia tidak dapat menutup kekesalannya.
"Sejak kami mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Piala Dunia, Qatar telah menjadi target kampanye yang belum pernah terjadi sebelumnya yang tidak pernah diderita oleh negara tuan rumah lainnya," katanya dalam pemberitaan Euronews 25 Oktober 2022.Â
"Awalnya, kami menangani masalah ini dengan itikad baik, dan kami bahkan menganggap kritik tertentu positif dan bermanfaat, membantu kami mengembangkan aspek yang harus dikembangkan."
"Tetapi segera menjadi jelas bagi kami bahwa kampanye terus berlanjut, meluas, ada fitnah dan standar ganda, mencapai tingkat tanpa henti yang membuat banyak orang bertanya-tanya, sayangnya, alasan dan motivasi sebenarnya dari kampanye ini," tambahnya.
Dalam situasi ini, Qatar memang tidak piawai menepis tudingan. Fakta di lapangan terlihat jelas dan sangat tidak mungkin membalasnya agar tidak makin konyol.
Tidak saja serangan dari Barat. Al Qaeda pun turut menambah bengkak sakit gigi para Emir.Â
Baru-baru ini, Al Qaeda semenanjung Arab dilaporkan mengecam penyelanggaraan Piala Dunia di Qatar karena "membawa orang tidak bermoral, homoseksual, penabur korupsi dan ateisme ke Semenanjung Arab" dan mengatakan Piala Dunia berfungsi untuk mengalihkan perhatian dari "pendudukan negara-negara Muslim" dan penindasan mereka, laporan Reuters, Minggu, 20 November 2022.