Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Serba-serbi Perjalanan, Penumpang Bus Kena Harga Mahal di Rumah Makan di Sumatra

13 Juni 2021   05:13 Diperbarui: 13 Juni 2021   06:10 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi makanan. (Foto: (Omar Mahmood/Pexels)

Warganet belakangan ini sering mengunggah daftar harga makanan kelewat mahal di beberapa daerah. Baru-baru ini berita seorang pengguna TikTok memberitahu bahwa dirinya harus membayar Rp250 ribu untuk 5 porsi makanan.

Pengguna tersebut merupakan penumpang bus yang sedang melakukan perjalanan mudik. Kejadian diketahui di salah satu rumah makan Padang di Sumatera, namun lokasi persis tidak diketahui.

"Lagi mudik break bus di rumah makan Padang. Makanan kaya seporsi di kantin sekolahan, tiba-tiba dianterin kertas ini buat dibayar ke kasir. Kirain nomor mejanya. Ternyata totalnya Rp 250 ribu untuk 5 porsi," tulisnya dalam caption, mengutip DetikFood.

Berita tersebut kembali viral saat diunggah ulang di Facebook, kemarin. Warganet mengimbau untuk terlebih dahulu menanyakan harga sebelum membeli.

Masih ada Rumah Makan yang pasang harga wajar

Yang menjadi poin penting dari narasi di atas, apakah harga makanan di rumah makan pinggir jalan Sumatera tergolong mahal atau wajar?

Jika melihat konteks, peristiwa berlangsung ketika musim mudik. Dalam situasi ini, kenaikan harga barang dan jasa adalah hal umum tiap musim. Ketika musim mudik berakhir, harga kembali normal.

Akan tetapi, berdasarkan pengalaman pribadi penulis, dalam hari-hari biasa atau normal, harga makanan di sejumlah rumah makan pinggir jalan daerah Sumatera memang lebih tinggi dibanding wilayah pulau Jawa. 

Harga seporsi makanan berkisar di antara Rp20-35 ribu, baik di lintas timur maupun lintas barat Sumatera. 

Mengapa harga makanan di rumah makan di Sumatera bisa tinggi?

Penjelasan harga makanan tinggi di rumah makan pinggir jalan di Sumatera bisa ditarik dari beberapa variabel.

Pertama, kebijakan manajemen rumah makan masing-masing terkait pengelolaan bisnisnya. Mahal tidaknya harga makanan tergantung pada kualitas layanan dan cita rasa makanan.

Berhubung rumah makan di pinggir jalan khusus melayani penumpang atau orang jauh, yang mau tidak mau harus makan di sana, keadaannya menjadi berbeda. Penumpang mesti jeli dan tidak perlu ragu bertanya berapa harga makanan seporsi.

Tetapi, tidak semua rumah makan mematok harga tidak wajar. 

Misalnya, penulis pernah menikmati menu ayam kampung dengan bumbu racikan seharga Rp20.000. Lokasinya di Tulang Bawang, Lampung. Rasa masakannya luar biasa.

Porsi daging ayam kampung besar dan nasi boleh diambil sekenanya karena rumah makan ini menerapkan model prasmanan.

Lokasi menentukan harga

Faktor wilayah dapat menjelaskan perbedaan harga makanan di wilayah Indonesia. Maksudnya begini, Sumatera memiliki tingkat harga bahan pokok berbeda dibanding wilayah di Pulau Jawa, Kalimantan dan pulau lainnya.

Harga bahan pokok bisa dipengaruhi jalur distribusi, ongkos transportasi/logistik dan lain-lain. Dan tentunya, harga bahan baku akan menentukan biaya makanan yang tersaji di atas piring.

Ini selalu menjadi isu besar, tidak hanya bagi penumpang bus dan pemilik rumah makan, tetapi kepada warga biasa. Biaya hidup di Sumatera lebih mahal dibandingkan Jawa.

Menurut laporan BPS, kebutuhan hidup minimum/layak selama sebulan di Sumatera Selatan sebesar Rp1,97 juta pada tahun 2015. Nilai yang kurang lebih sama untuk provinsi lain di Sumatera.

Bandingkan dengan kebutuhan hidup minimum/layak di Jawa Tengah dan Jawa Timur berada di kisaran Rp850 ribu per bulan. Ada perbedaan dua kali lipat!

Penulis menggunakan data di atas sebagai pembanding umum, terlepas dari tingkat inflasi masing-masing.

Dengan kata lain, pemilik rumah makan sebenarnya tidak memiliki niatan buruk untuk mengelabui penumpang. Ini berbeda dibanding beberapa kasus di daerah lain di mana penjual menembak harga untuk meraup keuntungan besar dari wisatawan.

Realita biaya hidup di Sumatera memang demikian tinggi. Bahkan, disparitas itu mungkin dapat ditemukan lagi dalam satu provinsi karena jarak jauh antardaerah di lintas barat dan lintas timur.

Beberapa daerah yang mencakup lintas barat antara lain Muara Enim, Lubuk Linggau (Sumatera Selatan); Sarolangun, Muara Bungo (Jambi) terletak jauh dari ibu kota provinsi masing-masing.

Jangan bayangkan akses kota-kota di Sumatera saling terhubung dekat layaknya kota-kota di pulau Jawa. Silakan jelajahi sendiri untuk dapat merasakan suntuknya melewati pulau Sumatera ini.

Tantangan pemilik rumah makan

Viralnya harga makanan di rumah makan Sumatera dapat berefek positif pada perubahan. Ini bisa memberikan kontrol supaya pemilik rumah makan mau menetapkan harga makanan sewajarnya.

Meski pelanggan rumah makan adalah penumpang yang datang dan pergi, ke depannya, ketergantungan semacam ini perlu dihilangkan. 

Tantangan ke depan akan hadir manakala jalan tol Trans Sumatera saling terhubung antarprovinsi dan beroperasi penuh.

Ketika bus dan truk, misalnya, tidak lagi melintas jalan arteri biasa, maka pemilik rumah makan mau tidak mau harus bersiap menghadapi penurunan jumlah pelanggan.

Peristiwa viral diharapkan dapat diarahkan untuk menunjukan keistimewaan kuliner Sumatera. Jangan sampai, orang akan lebih tahu bahwa rumah makan di pinggir jalan Sumatera mahal, tetapi tidak tahu betapa sedapnya masakan di sana.

Kembali tentang harga. Jika ditanya berapa harga wajar, penulis pribadi sebagai penumpang bus dapat memaklumi harga makanan dipatok di antara Rp15-30 ribu per porsi.

Bila harga tersebut dianggap masih tinggi, menurut hemat penulis, harga itu sudah cukup pantas untuk cita rasa masakan yang istimewa, include supaya pemilik rumah makan mau membayar upah pekerja sesuai upah minimum.

Mahal-tidaknya makanan di rumah makan pinggir jalan, anggaplah perjalanan pulang kampung menggunakan bus adalah perjalanan wisata kuliner.

Jika menempuh lintas barat, hari ini makan di Lubuk Linggau, subuh makan lontong di pinggir Danau Singkarak (bila supir ingin Salat) seharga Rp7.000 tahun 2019, paginya menyeruput kopi di bawah udara dingin kota Bukittinggi. Ini bisa jadi masukan kepada manajemen PO bus untuk mengaturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun