Ketimpangan antara orang kaya dan miskin semakin melebar ditandai lewat kenaikan angka gini rasio secara tahunan dan semester. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan rasio gini pada September 2020 sebesar 0,385 atau naik dari 0,380 pada September 2019. Angka ini meningkat 0,004 poin dibandingkan Maret 2020 sebesar 0,381.
Adanya pandemi Covid-19 turut mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran masyarakat.Â
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan terdapat 24 juta tenaga kerja kehilangan jam kerja akibat pandemi Covid-19, mengutip laporan Kontan.co.id, 21 Januari 2021.Â
Jumlahpengangguran periode Agustus 2020Â sebesar 9,77 juta orang mengalami kenaikan dari 5,23 persen menjadi 7,07 persen, mengutip Kompas.com.
Namun kembali lagi bahwa gini rasio sebenarnya mengukur ketimpangan distribusi penduduk. Penjelasan Kepala BPS Suhariyanto GR = 1 menunjukkan ketimpangan atau ketidakmerataan pendapatan sempurna. Sebaliknya, GR = 0 menunjukkan setiap orang menerima pendapatan yang sama.
Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy menilai, kebanyakan kelompok miskin pendapatannya menurun lebih jauh daripada kelompok kaya. Sedangkan kelompok kaya sekalipun turun, tidak dalam, mengutip Kontan.co.id.
Pemerintah mesti turun tangan. Dalam jangka pendek, penyaluran bansos dapat menopang pendapatan masyarakat menengah ke bawah. Dalam jangka panjang, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan untuk mendorong penciptaan lapangan kerja luas.Â
Yusuf mengatakan, industri manufaktur dapat menyerap banyak tenaga kerja yang menandakan perlunya perhatian untuk menopang industri manufaktur.
Apa yang harus dilakukan?
Pengeluaran bottom 40Â atau 40 persen ekonomi terbawah adalah 17,93 persen atau berarti ketimpangan rendah. Catatan Kontan.co.id, Bank dunia membagi tingkat ketimpangan menjadi tiga kategori, antara lain: