Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Luddite Fallacy, Takut Mata Pencarian Hilang karena Makin Canggihnya Teknologi

5 Februari 2021   20:29 Diperbarui: 6 Februari 2021   06:30 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia memberi contoh, semisalnya robot mampu menyediakan kopi. Mana yang lebih disukai, dilayani robot atau dilayani manusia?

Mengambil contoh sederhana dalam keseharian, orang-orang tentu lebih memilih berinteraksi dengan orang ketimbang robot ketika berbelanja atau mengurus berkas administrasi.

Artinya, teknologi baru tidak perlu disikapi dengan penolakan dan kecemasan akut. 

Jika menyangkut ancaman pengangguran, maka yang dibenahi adalah struktur perekonomian.

Pasar tenaga kerja harus fleksibel, tidak kaku agar penganggur bisa terserap ke lapangan kerja baru. 

Kuncinya adalah berikan pelatihan terhadap tenaga kerja agar dia bisa beradaptasi. Ini hanya perandaian, contoh sederhana.

Kita pernah melewati satu bagian ketika dahulu model ride sharing, ride hailing sempat mendapat penolakan sebelum kemudian diterima dan tumbuh besar semakin besar.

Namun, beberapa tahun berjalan, logika fleksibilitas ini perlu dikoreksi mengingat skema perlindungan sosial dan kesejahteraan para mitra menjadi perhatian, terutama dalam masa pandemi yang membatasi pergerakan.

Ada baik dan ada buruknya. 

Ini penting supaya kita kritis untuk menguji klaim kemajuan teknologi baru sebelum benar-benar terjebak dalam pandangan kaku bahwa semua masalah dapat diselesaikan berkat bantuan teknologi.

Engels sudah memperlihatkan cuplikan bagaimana bobroknya moral manusia di zamannya. Moral itu melekat pada manusia sepanjang hayat, entah bagaimana masing-masing di antara kita mendefinisikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun