Di satu sisi demokrasi adalah instrumen untuk penyampaian pesan-pesan politik kepada publik. Yakni pesan yang berkaitan dengan urusan keseharian di depan pintu-pintu rumah publik. Urusan kebutuhan dan kesejahteraan rakyat.
Jika pesan ini digeser ke hal-hal yang tidak berkaitan kepentingan publik, maka patut dipertanyakan konsepsi politik dari sang kandidat. Salah satunya ingin meraih kemenangan dengan pendekatan antagonisrik.
Dalam buku Komunikasi Politik Multimedia menyebutkan, ada tiga saluran komunikasi yang dapat menyampaikan pesan politik kepada publik. Yakni secara interpersonal, organisasi dan media massa termasuk medsos didalamnya.
Maka gunakanlah medsos sebaik-baiknya untuk menarasikan konsepsi politik kandidat yang didukung. Kita yakin banyak pengguna medsos yang masih memggunakan rasionalitas dalam menerima informasi. Walaupun ada juga yang menggunakan perasaan alias baper.
Pengguna medsos yang terbawa baper inilah yang rentan terdampak informasi provokasi maupun hoaks. Dimana pada akhirnya memberikan dukungan bukan karena pendekatan konsepsi politik yang ditawarkan, tapi lebih pada subjektivitas dari sang kandidat.
Apapun bentuk salurannya, kita berharap konten yang terkait konsepsi politik kandidat Capres akan semakin menarik dan mencerahkan oleh para tim pemenangan maupun prakrisi politik. Jika ini dilakukan maka kita optimis, Pilpres kedepan adalah sebuah kontestasi yang sejatinya memberikan edukasi politik kepada publik.
Dampak Terhadap Elektabilitas
Berdasarkan hasil survei terbaru di Bulan Desember 2023 ini, sudah terbaca siapa kandidat Capres-Cawapres yang meraih elektabilitas tertinggi. Yakni pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
Hampir di semua survei yang dirilis, pasangan tersebut meraih elektabilitas tertinggi. Termasuk survei Litbang Kompas yang menempatkan Prabowo-Gibran berada di urutan pertama dengan perolehan elektabilitas 39,3 persen. Menyusul pasangan Anies-Muhaimin 16,7 persen dan Ganjar-Mahfud dengan 15,3 persen.
Melambungnya hasil survei Prabowo-Gibran, mengindikasikan skema kerja untuk membumikan konsepsi politik pasangan ini mendapat simpati dari konstituen. Serta indikasi bagaimana konsepsi politik yang menbumi, berdampak signifikan pada elektabilitas Capres.
Dengan mengusung jargon melanjutkan program Indonesia Maju, menjadi penawaran politik yang bernas ke publik. Bahwa jika terpilih, pasangan ini komitmen meneruskan program Indonesia Maju yang sudah dilakukan oleh Presiden Jokowi. Demi penerataan pembangunan lewat pendekatan Indonesia Sentris.