Tadinya saya berpikir validasi di pelabuhan dilakukan secara digital melalui aplikasi PeduliLindungi seperti di bandara, ternyata saya keliru. Lamanya menunggu proses validasi, ditambah lagi oknum calo yang leluasa keluar masuk ruangan, menimbulkan kegelisahan bagi penumpang yang berkerumun di depan ruangan validasi.
Di dalam kapal pun tidak ada lagi jaga jarak. Karena semua dek adalah kelas ekonomi, maka penumpang berbaur di bangsal-bangsal yang ditempati sesuai nomor tiket. Tak ada jaga jarak karena nyaris terisi oleh penumpang.Â
Ada juga sebagian penumpang tidak memakai masker di atas kapal. Namun pada saat pengambilan makanan, penumpang diwajibkan menggunakan masker.
Disaat turun dari kapal di Pelabuhan Pantoloan Palu pemeriksaan riwayat perjalanan penumpang di ruang kedatangan, juga dilakukan secara manual dengan mengisi kartu kuning.Â
Berbeda dengan di bandara yang dilakukan secara digital dengan memperlihatkan barcode eHAC pada aplikasi PeduliLindungi. Karena dilakukan manual, maka kerumunan kembali tidak bisa dihindarkan karena butuh waktu oleh petugas pelabuhan.Â
Inilah pengalaman menggunakan transportasi darat, laut, dan udara yang saya alami saat bepergian ke luar daerah belum lama ini. Di mana menjadi bahan evaluasi bagi pihak pengelola jasa transportasi, badan usaha maupun BUMN terkait, terhadap penerapan prokes covid-19 untuk sektor transportasi.
Karena terkesan masih ada penumpang mengabaikan prokes saat bepergian. Secara manusiawi harus diakui, pandemi yang berkepanjangan telah membuat masyarakat lelah dan jenuh dalam melakukan prokes. Terlebih masih ada yang beranggapan, bahwa jika sudah divaksin dua kali dan telah melakukan test antigen, maka tidak perlu lagi memakai masker.
Disatu sisi dampak pandemi terhadap stakeholder jasa transportasi, memberi angin segar disaat situasi mulai landai dan banyak penumpang mulai bepergian hanya dengan melakukan test antigen.Â
Namun demikian fasilitas digital yang terkait validasi atau pemeriksaan riwayat perjalanan harus disiapkan di pelabuhan untuk penumpang kapal laut guna menghindari kerumunan.
Ramainya kembali semua sarana transportasi menjadi dilema antara peluang ekonomi dan penerapan prokes bagi pelaku usaha. Namun demikian karena memasuki libur akhir tahun, di mana intensitas perjalanan warga menggunakan sarana transportasi akan meningkat, maka penerapan prokes tetap menjadi prioritas.