Hanya tiga kata!
Namun semuanya menjauh digebah keraguan yang babur. Yang pada akhirnya saya insyafi sebagai penyesalan ketika semuanya baur tak tergapai tangan. Dia kembali ke Seoul, dan menutup tirai manis persahabatan kami dalam lembar-lembar kenangan semata.
Seperti merpati yang kembali. Tiba-tiba dia hadir, mengepakkan sepasang sayapnya yang putih ke angkasa dengan sederet daftar keberhasilan. Saya nyaris pangling ketika gadis bermata sipit itu menghadirkan aurora. Sesuatu yang tidak pernah melintas terlebih menghuni memori dalam benak saya selama bersamanya di Jakarta dulu. Sampai sampul album lagu terbarunya itu menegaskan segalanya. Bahwa dia memang Kim Yong Hyung. Gadis yang pernah saya akrabi dengan seribu kenangan tak terlupa.
"Ronny Panggabean!"
"Eh, uh...."
Saya terkesiap. Entah berapa lama mematung dalam buaian alur kenangan silam. Dia memandangi saya lamat, mengurai simpul bibirnya membentuk senyum.
"Kamu bukan nyari saya untuk menemani kamu melamun, kan?"
"Sure. Eh, kamu ada waktu, kan?"
"Yap."
"Aku traktir kamu makan."
Saya tarik tangannya, keluar dari MTV Singapore Office di Temasek Tower --- Shenton Way dengan langkah separo menyeret. Dia manut seperti pitik.