Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Steamboat, Kuliner Kuah yang Diklaim Sudah Ada Sebelum Zaman Edo Jepang

28 Agustus 2022   22:30 Diperbarui: 8 September 2022   17:53 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Steamboat. (Sumber: pixabay.com/cegoh)

Jika Anda masih ingat iklan "jadul" sebuah merek permen di era 1990-an, pasti akan teringat dengan kalimat familier ini, "dingin-dingin empuk". 

Dingin-dingin empuk merujuk pada tekstur permen yang lunak mirip permen karet namun menggunakan bahan mentol sehingga terasa dingin ketika dikonsumsi atau digigit di mulut.

Bila dalam "dunia permen" ada kalimat dingin-dingin empuk, maka dalam dunia kuliner, khususnya menu berkuah ada kalimat "panas-panas segar". Kuliner berkuah yang dimaksud merujuk pada sup-sup ala Jepang-Tiongkok yang enak disantap saat udara dingin.

Terkait udara dingin, iklim anomali yang terjadi di beberapa wilayah, khususnya di Kota Kupang dengan suhunya yang sangat dingin di malam hari, tentu kurang baik bagi kesehatan apalagi terhadap mereka yang rentan cuaca 'ekstrim' begitu.

Jika siang, kadang-kadang terik matahari demikian menyengat, tetapi malamnya angin superdingin berembus kencang seolah menusuk kulit dan tubuh warga di Kota Sasando, sebutan ibu kota provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut.

Jika kondisi tubuh kurang fit, persoalan cuaca ini tentu membuat tidak nyaman. Sebagian orang bahkan bisa langsung terkena flu. 

Agar tubuh kembali fit, selain beristirahat cukup, mengonsumsi makanan sehat dan tepat juga bisa membantu. Ketika cuaca dingin seperti yang terjadi saat ini, makanan berkuah rasanya pas untuk memberi kehangatan.

Dari berbagai referensi, jenis kuliner berkuah biasanya bagus untuk dikonsumsi bagi mereka yang tengah berjuang sembuh dari flu. Kuliner yang dimaksud adalah sup berkuah ala Jepang-Tiongkok yang disebut Steamboat.

"Di Waroenk Seafood, kami menyajikan berbagai kuliner berkuah ala Jepang-Tiongkok di antaranya Stemboat ini. Selain kuah khas, isian makanan ini juga recommend karena mengandung sayur-sayuran seperti sawi putih, sawi hijau, dan wortel," ungkap Head Chef Waroenk Group Ahmad Niko ketika ditemui belum lama ini di Waroenk Seafood, Jalan Veteran 18, Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.

Adapun isian lainnya, imbuh Niko, di antaranya jamur kuping, bawang bombai, fish ball and salmon ball (bakso ikan), crabstick (sosis kepitig), jamur enoki, dan lainnya.

Menurut Niko, penyajian Steamboat tergolong unik. Pasalnya, suguhan menu itu khas dengan kompor kecil (portable) di atas meja untuk memanaskan sepanci kuah kaldu.

"Isinya seperti tadi, dicemplungkan dalam kuah yang tengah dipanaskan dari bara api kompor portable. Tetapi, beberapa jenis Steambot yang disediakan pengusaha kuliner bisa terdiri dari siomai, gurita, atau bakso daging," bebernya.

Niko menambahkan, Steambot direkomendasikan pihaknya lantaran mengandung komposisi protein dan sayuran yang bergizi.

"Apalagi, penikmat kuliner dapat menambahkan ekstra telur ceplok yang dijual terpisah dari paket," katanya.

Yang pasti, tutur Niko, aroma kaldu ayam serta harum isian seafood yang direbus menjadi ciri khas sajian tersebut.

Niko memaparkan, ada dua varian takaran Steamboat yang dijual pihaknya, yaitu "regular" yang bisa dinikmati satu-dua orang dengan banderol Rp 106.000, dan "large" Rp 211.000 yang bisa disantap tiga-empat orang.

Kolase foto isian dan kuah menu Steamboat. / Foto: Effendy Wongso
Kolase foto isian dan kuah menu Steamboat. / Foto: Effendy Wongso

Sementara itu, juga terdapat dua varian kuah yang sudah masuk dalam paket Steamboat.

"Kuahnya ada dua jenis dalam satu panci, yaitu kaldu ayam dan tom yum. Ini (kuah) sudah sepaket isian bila pelanggan memilih regular maupun large," imbuhnya.

Niko menambahkan, pelanggan juga dapat membeli kuah tambahan (extra charge kuah kaldu ayam dan tom yum) yang dibanderol Rp 13.500 untuk regular dan Rp 26.000 untuk large. Adapun telur ceplok Rp 5.000.

Sementara itu, ditemui di tempat yang sama Supervisor Waroenk Seafood, Wanda Bunga menjelaskan sedikit perihal sejarah keberadaan Steambot.

"Seperti yang kami ketahui, Steamboat diklaim berasal dari Tiongkok kuno dan kerap juga disebut 'Juan Lo' atau 'Hot Pot'," terangnya.

Menurut Wanda, menu ini biasanya disajikan dalam acara santap malam bersama keluarga saat malam perayaan Imlek.

"Seperti yang kita ketahui, perayaan tahun baru Imlek atau 'Sincia' sudah menjadi budaya yang meleluri sebagian besar warga Tionghoa. Sehingga, para diaspora Tionghoa di manapun mereka berada selalu mengadakan jamuan makan bersama. Seperti juga ikan atau 'yi' yang wajib ada, Steamboat ini pun begitu (harus ada)," paparnya.

Lebih lanjut, Wanda mengatakan lazimnya mereka berkumpul bersama mengelilingi sajian Steamboat di atas meja makan.

"Katanya sih hal ini dipercaya memberi berkah dan rezeki, sekaligus dapat mengakrabkan tali persaudaraan antarkeluarga," jelasnya.

"Di China (Tiongkok) sendiri, Steamboat lebih banyak disajikan dengan isian bahan teripang, daging kepiting, serta udang. Dalam perkembangannya, menu ini populer dan diracik dalam versi masing-masing, terutama di negara-negara Asia Timur lainnya seperti Jepang dan Korea," urai Wanda.

Sementara itu, sebut Wanda, di Jepang Stemboat lebih dikenal sebagai masakan "Nabe" atau Naberyori yang secara harfiah berarti "masakan panci".

"Mengapa disebut 'masakan panci', ini karena penyajiannya panci diletakkan di atas kompor kecil atau pelat pemanas yang ada di atas meja," katanya.

Wanda menjelaskan, sambil dimasak menggunakan panci atau wadah dari keramik yang disebut 'donabe', makanan itu dihidangkan di atas meja makan langsung bersama pancinya.

"Nabe dihidangkan untuk beberapa orang sekaligus, yang duduk mengelilingi panci berisi hidangan utama. Makanan diambil sendiri dari panci oleh orang yang ingin memakannya, selanjutnya dipindahkan ke mangkuk milik sendiri sebelum dimakan," imbuhnya.

Selain disebut Naberyori, jelas Wanda, makanan jenis ini juga disebut Nabemono atau "lauk panci".

"Sebagaimana di negara asalnya Tiongkok, makanan ini populer sebagai makanan musim dingin di Jepang," bebernya.

Sebelum zaman Edo, imbuh Wanda, orang Jepang memiliki budaya makan "satu orang satu nampan".

Sekadar diketahui, zaman Edo atau "edo jidai" pada 1603-1867 adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang yang dimulai sejak shogun pertama Tokugawa Ieyasu mendirikan keshogunan Tokugawa di Edo yang berakhir dengan pemulihan kekuasaan kaisar atau taisei hokan dari tangan shogun terakhir Tokugawa Yoshinobu. 

Periode itu sekaligus mengakhiri kekuasan keshogunan Tokugawa yang berlangsung selama 264 tahun. Zaman Edo sendiri kerap juga disebut sebagai awal zaman modern di Jepang.

"Nah, pada saat itu Nabe dihidangkan untuk satu atau dua orang. Pada zaman Meiji, Nabe semakin populer, terutama yang berbahan daging sapi atau 'Gyunabe'. Jadi, menu Stemboat ini diklaim sudah ada sebelum zaman Edo Jepang," katanya.

Di pengujung penjelasannya, Wanda mengatakan di beberapa negara Asia Tenggara resep kuah Steamboat menggunakan kaldu dari rebusan ayam kampung betina.

"Ya, tentunya, dengan tambahan rempah-rempah serta bumbu penghangat seperti jahe yang diniscayai bakal memberi manfaat baik bagi tubuh yang kurang fit atau prima," tutupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun