"Seperti yang kami ketahui, Steamboat diklaim berasal dari Tiongkok kuno dan kerap juga disebut 'Juan Lo' atau 'Hot Pot'," terangnya.
Menurut Wanda, menu ini biasanya disajikan dalam acara santap malam bersama keluarga saat malam perayaan Imlek.
"Seperti yang kita ketahui, perayaan tahun baru Imlek atau 'Sincia' sudah menjadi budaya yang meleluri sebagian besar warga Tionghoa. Sehingga, para diaspora Tionghoa di manapun mereka berada selalu mengadakan jamuan makan bersama. Seperti juga ikan atau 'yi' yang wajib ada, Steamboat ini pun begitu (harus ada)," paparnya.
Lebih lanjut, Wanda mengatakan lazimnya mereka berkumpul bersama mengelilingi sajian Steamboat di atas meja makan.
"Katanya sih hal ini dipercaya memberi berkah dan rezeki, sekaligus dapat mengakrabkan tali persaudaraan antarkeluarga," jelasnya.
"Di China (Tiongkok) sendiri, Steamboat lebih banyak disajikan dengan isian bahan teripang, daging kepiting, serta udang. Dalam perkembangannya, menu ini populer dan diracik dalam versi masing-masing, terutama di negara-negara Asia Timur lainnya seperti Jepang dan Korea," urai Wanda.
Sementara itu, sebut Wanda, di Jepang Stemboat lebih dikenal sebagai masakan "Nabe" atau Naberyori yang secara harfiah berarti "masakan panci".
"Mengapa disebut 'masakan panci', ini karena penyajiannya panci diletakkan di atas kompor kecil atau pelat pemanas yang ada di atas meja," katanya.
Wanda menjelaskan, sambil dimasak menggunakan panci atau wadah dari keramik yang disebut 'donabe', makanan itu dihidangkan di atas meja makan langsung bersama pancinya.
"Nabe dihidangkan untuk beberapa orang sekaligus, yang duduk mengelilingi panci berisi hidangan utama. Makanan diambil sendiri dari panci oleh orang yang ingin memakannya, selanjutnya dipindahkan ke mangkuk milik sendiri sebelum dimakan," imbuhnya.
Selain disebut Naberyori, jelas Wanda, makanan jenis ini juga disebut Nabemono atau "lauk panci".