"Anggap saja saya sedang memohon!"
"Ta-tapi...."
"Asisten Fa, Anda jangan keras kepala! Rasanya lebih baik kepala saya dipenggal ketimbang Anda menolak simbolitas penghargaan yang diberikan Kaisar Yuan Ren Zhan secara tidak langsung kepada Anda!"
Fa Mulan tersenyum. Dielus-elusnya gagang pedang Mushu-nya yang tersampir di pinggangnya. Sementara itu Tabib Ma Qhing sudah hampir menangis, menundukkan kepala dengan ekor mata bergerak galau. Ditatapnya tanah yang tengah dipijaknya di dalam tenda dengan rupa gelisah.
Fa Mulan mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Saya terima pemberian istimewa Istana Da-du ini demi menghindari hukuman pancung untuk Tabib Ma Qhing yang telah banyak berjasa bagi kami, prajurit-prajurit di Kamp Utara," ujarnya, mengulum senyum menahan tawa.
Tabib Ma Qhing sertamerta terbahak. Dielus-elusnya janggutnya yang berwarna keperakan. Kesedihannya sontak melenyap seolah ditelan dingin udara malam. Seketika orang tua itu mengatupkan kedua tangannya ke muka. Mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada gadis keras kepala Fa Mulan, sehingga ia dapat terbebas dari hukuman Istana Da-du.
Mungkin bukan hukuman penggal seperti yang dikatakan Fa Mulan barusan. Tetapi siapa yang dapat menebak isi hati Sang Kaisar penguasa segala kemuliaan di Tionggoan ini bila sedang murka?!
Tentu hanya Dewata di langitlah yang tahu! (bersambung)