Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (8)

25 Maret 2021   14:31 Diperbarui: 25 Maret 2021   14:36 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi novel Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana. (Inprnt.com)

"Anda terlalu berlebih-lebihan, Tabib Ma!"

Tabib tua itu terbahak. Mengelus-elus kembali janggutnya yang kelihatan terawat dengan baik. Fa Mulan bersikukuh. Belum mau menerima kotak kayu hitam berisi pil-pil mujarab Istana Da-du yang diangsurkan kepadanya dengan setengah memaksa tadi. Ia menghampiri meja kayu yang terletak di tengah tenda milik Shang Weng. Menuang arak dari guci tembikar ke dua buah cawan ceper. Diangsurkannya satu cawan arak itu ke Tabib Ma Qhing yang sudah menghentikan tawanya.

"Silakan minum, Tabib Ma. Hanya arak kampung. Sekedar menghangatkan badan."

"Terima kasih."

"Tentu tidak selezat arak anggur Istana Da-du."

"Anda terlalu merendah. Padahal, siapa yang tidak mengenal Fa Mulan yang termashyur itu? Keindahannya melebihi kecantikan mekarnya yang-liu di taman bunga Istana Da-du. Sejak menghebohkan kalangan Istana Da-du satu tahun lalu dalam kasus manipulasi identitas wamil, nama Fa Mulan terus melegenda. Sekarang, saya baru berjumpa dengan Anda. Ternyata, legenda itu bukan isapan jempol belaka."

Fa Mulan terkekeh. Pipinya memerah. Ia menatap orang tua berbaju dari bahan kain satin itu dengan sikap jengah. Disibaknya kenangan silam dalam benaknya. Setahun lalu penyamarannya memang terbongkar satu peristiwa miris. Ketika bertarung dengan beberapa gerombolan pengacau keamanan Mongol di perbatasan Tembok Besar, ia terluka kena panah salah seorang barbarian Mongol. Dalam masa perawatan, identitasnya terbongkar. Tabib yang memeriksa dan merawatnya terkejut karena pasien prajuritnya ternyata adalah seorang perempuan.

Shang Weng gusar. Ia merasa telah dikelabui selama ini. Maka sesuai dengan hukum kemiliteran yang berlaku, kepala Fa Mulan mesti dipenggal!

Waktu itu Fa Mulan sudah pasrah. Ia hanya dapat berharap semoga pengorbanannya selama ini dapat menjadi sumbangsih yang berharga buat kemakmuran di Tionggoan. Juga berdoa semoga ayahnya, Fa Zhou, dan juga ibunya, Fa Li, dapat diberikan kekuatan oleh Dewata untuk tetap bertahan di negeri yang tengah kisruh ini.

Sebenarnya ia kecewa dengan prinsip keras politik Kekaisaran Yuan. Bukan karena menyesali keputusan penggal kepala yang ditimpakan kepadanya. Bukan. Tetapi semata karena ia merasa Kekaisaran Yuan tidak adil bersikap, lantaran lebih memilih menutup rasa malu atas kecolongan kasus manipulasi identitas wamil dengan kompensasi hukum penggal ketimbang mengambil hikmah dari kejadian miris tersebut.

Dan pada suatu petang sebelum eksekusi mati, entah dari mana datangnya keajaiban itu. Bao Ling datang dari Ibu Kota Da-du, membawa manuskrip berisi titah yang ditandatangani Kaisar Yuan Ren Zhan. Maklumat tersebut merupakan amar untuk membatalkan hukuman pancung yang ditimpakan kepada Fa Mulan, sekaligus mengampuni semua kesalahan Fa Mulan mengingat jasa-jasanya selama menjadi prajurit Yuan, yang berjuang gigih melawan para pemberontak Mongol di perbatasan Tembok Besar, dan menggagalkan beberapa aksi pemberontak Mongol tersebut yang hendak melintasi Tembok Besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun