Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana (6)

21 Maret 2021   07:56 Diperbarui: 23 Maret 2021   11:45 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi novel Magnolia dalam Seribu Fragmen Rana. (Inprnt.com)

Mungkinkah ini semua hanya mimpi?
ketika gulita membenderang
dengan sinarnya yang virtual
dan menyajikan sepenggal legenda
seperti lektur berenigma
yang tak terjangkau akalku

Aku menjerit pada malam
elegi ini menyakitkanku
mengiringku dalam labirin tanpa jawab
hingga jasadku hilang dalam belantara ini

Oh, kekasihku yang majas
adakah engkau atau tiada?

Bao Ling
Kekasihku yang Majas

Pertempuran di perbatasan Tung Shao masih berlangsung sengit. Karena kehabisan dinamit, Fa Mulan terpaksa bergerak taktis dan manualistik. Gelindingan bongkahan kristal salju yang mengarah cepat dan menurun ke arah bawah setelah dilontarkan dari arah atas bukit, dijadikan senjata pelumpuh. Meski sama sekali tidak efektif, namun semuanya dimaksudkan untuk menghalau dan mengacaukan pergerakan pasukan pemberontak Han.

Tetapi hal itu tidak terlalu banyak membantu. Hanya dapat menghambat laju musuh untuk satu-dua hari saja. Fa Mulan masih menunggu kiriman ribuan kuda yang dimintanya dari Ibu Kota Da-du untuk menerapkan taktik kamuflasenya.

"Shan-Yu sudah bergerak cepat, dan kini maju lima belas mil dari perbatasan!" teriak Chien Po gemas. Ia masih menghimpun prajurit-prajurit bawahannya untuk menggali terus bongkahan-bongkahan salju.

"Hambat mereka saja! Kita masih menunggu Bao Ling yang akan membawa kuda-kuda itu!"

"Tapi, prajurit kita di garis depan sudah habis! Saya tidak tahu apakah Yao masih hidup atau tidak, Asisten Fa!"

Hujan salju masih turun di Tung Shao. Fa Mulan merapatkan baju hangat tebal serupa jubah dari perca kulit rubahnya. Ditangkupinya kepalanya dengan tudung stola dari bulu binatang serupa. Sementara itu, Chien Po, sahabatnya semasa wamil masih berteriak-teriak panik, memerintah prajurit-prajurit bawahannya yang tampak kelelahan. Prajurit Madya yang berbadan raksasa itu turut memikul beberapa bongkahan salju yang berat-berat, mengangkutnya dengan lori, lalu digelindingkannya dari gigir bukit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun