Namun lepas dari semua itu, ia memang bukan gadis tipe calon ibu rumah tangga yang baik. Ia tidak memiliki fisik ideal seperti dambaan banyak lelaki. Ia tidak memiliki pinggul besar yang diyakini dapat memberikan banyak keturunan dan anak laki-laki kepada sang suami, seperti kultur orang-orang Tionggoan selama ini.
Pinggulnya kecil. Dadanya nyaris rata. Tubuhnya terlalu kurus. Bahkan terlalu kerempeng sehingga menyerupai toya. Dan tingkahnya tidak gemulai layaknya gadis-gadis lain.
Ia sadar pula kalau ibunya pernah menyesali memiliki putri seperti seorang Fa Mulan. Ibunya tidak pernah bersikap manis kepadanya. Ibunya tidak pernah menunjukkan rasa sayang layaknya ibu sejati kepada anaknya yang tunggal. Tidak ada afeksi dari perempuan gemuk itu seperti dambanya selama ini.
Hanya ayahnya sajalah yang sangat mencintainya.
Hanya ayahnya pulalah yang sering memberinya semangat untuk tetap tegar setelah diantipati oleh ibunya. Juga ayahnyalah yang menghiburnya setelah gagal di acara perjodohan beberapa tahun lalu itu.
“Bunga-bunga bermekaran pada musimnya. Namun, kadang-kadang ada bunga yang terlambat mekar pada saat itu. Tapi kelak bunga yang terlambat mekar tersebut akan menjadi bunga terindah. Ya, bunga terindah. Dan kamulah bunga itu, Mulan!”
Setiap mengingat kalimat subtil itu, Fa Mulan langsung menitikkan airmata haru. Ayahnya merupakan pahlawan dan guru terbaik dalam hidupnya. Karena itulah ia akan berbuat apa saja demi membahagiakan lelaki tua tersebut. Bahkan mengorbankan nyawanya sekalipun seperti yang telah dilakukannya empat tahun lalu. Saat itu ia menggantikan posisi ayahnya mengikuti wajib militer yang diamanatkan oleh Kaisar Yuan Ren Zhan dari Dinasti Yuan, agar seluruh keluarga di Tionggoan wajib mewakilkan seorang putra menjadi prajurit untuk menghadapi serbuan pasukan pemberontak Han yang sudah melintasi Tembok Besar. Juga gangguan-gangguan kaum nomad Mongol di perbatasan Tionggoan.
Dan apa yang dikatakan oleh ayahnya itu memang telah menjadi kenyataan. Ia telah menjadi pahlawan perempuan yang menyelamatkan Tionggoan dari kehancuran. Kaisar Yuan Ren Zhan generasi ketiga penerus Kekaisaran Yuan telah menganugerahinya gelar Prajurit Besar Yuan. Mengalunginya dengan sebuah Medali Naga yang terbuat dari emas murni. Itulah simbol dan penghargaan tertinggi yang belum pernah diperoleh siapa pun di Dinasti Yuan. Bunga yang terlambat mekar itu telah mengembang. Menyerbakkan keharuman yang tiada tara ke seluruh penjuru negeri Tionggoan.
Ketangguhan itu telah ditunjukkannya kepada ibunya. Bahwa seorang perempuan yang bernama Fa Mulan adalah bunga keluarga. Ia adalah berkah dari segala yang pernah dikutuk.
Ia adalah pahlawan. (bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI