"Sudahlah, Rin," bisik Revo lembut, duduk bersila di samping Airin.
"Maaf...."
"Iya, iya. Kamu jangan menangis begitu, dong. Besok Imlek, pamali kata orang-orang tua kalau malam Imlek disambut dengan airmata...."
Airin masih terisak. Disandarkannya kepalanya di bahu Revo. Cowok itu membelai-belai rambutnya.
"Vo, sungguh, aku tidak bermaksud merusak suasana Imlek di rumah ini, kok!"
"Iya, iya, aku tahu. Aku tahu."
"Vo, aku janji akan berusaha melupakan kenangan pahit yang menimpa keluargaku. Aku janji. Tapi, aku butuh waktu untuk itu...."
Revo mengangguk-angguk mafhum. Mendadak merasakan kepedihan hati gadis itu. Mungkin ia terlalu picik mendesak gadis itu menyudahi semua peristiwa getir yang membebati memori kenangannya. Bukan sekarang memang. Tapi suatu saat. Suatu saat ketika sang waktu melamur kenangan lara itu dengan bilangan hari-harinya yang baru.
Dan Imlek selalu menjanjikan hari-hari yang lebih baik.