Saya kembali menangis sampai ujung rambut saya yang sebahu lepek oleh airmata. Entah karena tidak punya pilihan dan cara lain untuk melunasi hutang mendiang Papa, akhirnya saya terima juga amplop coklat yang masih disodorkan Roy dengan paksa. Diam-diam saya melirik. Cowok itu tersenyum dengan mimik menang.
"Te-terima kasih ya, Roy. Suatu saat pasti akan saya kembalikan!"
"Oh, harus, harus. Di dunia ini mana ada sih yang gratis."
Saya mengernyit. "Maksud kamu...."
"Begini, uang ini tidak usah kamu kembalikan dalam bentuk cash. Tapi, anggap saja gaji kamu selama menemani saya JJS sehari-harian ini."
"Hei...."
"Eit, jangan ngeles! Kamu sudah menerima uang, berarti sekarang kamu harus patuh bekerja menuruti majikan."
"Hei...."
"Nah, sekarang ikut saya borong-borong di mal. Tenaga kamu saya perlukan untuk gotong-gotong belanjaan."
"Un-untuk apa?"
"Untuk Imlek besok. Memangnya kamu, Airing, dan Mama kamu tidak perlu...."