Namun yang terpenting dalam memimpin sebuah ormas adalah seseorang yang memiliki kebesaran jiwa untuk merangkul semua pihak sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW yang mengedepankan sistem musyawarah dalam kepemimpinannya, dan masyarakat yang dibangun nabi saat itu adalah masyarakat pluralistik yang terdiri dari berbagai suku, agama dan kepercayaan.
Masyarakat seperti yang dikehendaki dalam rumusan piagam Madinah, adalah masyarakat yang memiliki kesatuan kolektif dan ingin menciptakan masyarakat muslim yang berperadaban tinggi, baik dalam konteks relasi antar manusia maupun dengan Tuhan. Kasih sayang terhadap golongan yang lemah seperti kaum feminis, para janda dan anak-anak yatim menunjukkan komitmen moralnya sebagai seoarang pemimpin umat yang plural.
Sedangkan dalam konteks kristiani, di abad ini kita mengenal Benediktus XV dan Yohanes XXIII. Kedua Paus itu tampil sebagai tokoh yang mencintai dan merangkul semua orang dan bangsa, menjadi juru-damai, serta mengajak para pemimpin bangsa untuk membangun cohabitation yang damai, yang menghormati hak dan martabat pribadi manusia, serta menegakkan keadilan bagi semua orang, dan akhirnya kedua Paus itu telah menjadi man of communion dan sign of peace yang efektif dalam situasi konflik mondial.
Dalam konteks pembahasan kepemimpinan di Forum Harmoni Anak Bangsa telah berdiri selama 8 tahun, dan selama itu pula kepemimpinan dipegang seorang tokoh kharismatis, Gouw Tjeng Sun, S.Dt.B atau biasa dipanggil Romo Asun, yang juga adalah seorang Pendeta Budhis yang taat, dengan kecerdasan qolbu dan emosionalnya, belaiu mampu merangkul dan mengayomi para anggotanya yang heterogen karena mamang berasal dari bermacam-macam agama dan suku. Ketaladaan dan kepemimpinan yang dibaktikan seakan ceminan agama yang diyakininya, telah memberi tauladan kepada semua anggotanya.
Riak kecil memang selalu ada, namun semua adalah dinamika yang wajar terjadi dalam relasi social terlabih dalam organisasasi yang sangat heterogen. Romo Asun begitu cerdas dan sangat humanis mampu menyelami semua rasa yang ada di dalam tubuh FHAB sehingga dinamika tersebut menjadi trigger untuk memperkokoh tali persaudaraan umat beragama dalam kesatuan yang utuh dalam rangkulan Forum Harmoni Anak Bangsa.
Sehingga pada saatnya tiba, sang pemimpin harus menyerahkan estafet kepemimpinannya kepada penerusnya, yakni Bapak Pdt. Johanes Herimanto JES yang juga seorang pendeta Kristen yang memiliki kepribadian yang tenang dan bersahaja. Keduanya adalah juga pendiri dari FHAB dan bersama-sama berjuang menjaga dan mengawal FHAB selama 8 tahun ini.
Dengan kelegowoan dan jiwa besarnya, sang pemimpin menyerahkan amanah tersebut kepada Bapak Pdt. Johanes Herimanto JES. Saat selesai penyerahan jabatan, Romo Asun menitipkan pesan yang sangat berkelas, “Karena kita adalah saudara, mari kita jaga tali persaudaraan kita dan jangan terpecah-pecah”.
Menyaksikan kalimat yang diucapkan tersebut, semua anggota terdiam dan betapa terlihat sekali jiwa kepemimpinan Romo Asun dan jiwa pluralis yang keluar dari ucapannya. Karena inilah sebenarnya jiwa dan ruh dari FHAB yang kembali diucapkan oleh seorang tokoh yang berjasa membangun pluralitas di tanah ini.
Semua anggota mengamini dan berharap dengan adanya suksesi kepemimpinan FHAB, maka kedepan semoga FHB akan semakin menjadi pilar yang menopang pluralitas di bumi Indonesia. Terima kasih Romo Asun atas semua upayanya membawa FHAB ini ke tempat yang terbaik, dan selamat menjalankan amanat kepada Bapak Pdt. Johanes Herimanto JES, semoga ke depan FHAB menjadi lebih baik lagi. (FY/13/9/2020)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H