(Knight,2007) mengemukakan bahwa dalam teori pengetahuan, ada beberapa aspek yang dianggap sebagai sumber pengetahuan yakni: panca indera, wahyu, otoritas, akal budi, dan intuisi. Bagi Knight, tidak ada satu sumber pengetahuan pun yang mampu memberikan manusia semua pengetahuan. Beragam sumber pengetahuan tadi harus lebih dilihat dalam sebuah hubungan yang saling melengkapi daripada sebagai sebuah pertentangan.Â
Memang benar bahwa sebagian banyak pemikir memilih satu sumber sebagai dasar utama di atas sumber-sumber lainnya. Sumber yang paling utama ini kemudian digunakan sebagai pijakan dalam menilai sarana-sarana untuk memperoleh pengetahuan lainnya. Namun, karena kebenaran tersebut diperoleh manusia melalui akal dan pancaindra, maka berbagai metode digunakan untuk mencapai kebenaran tersebut, seperti; metode induktif, deduktif, positivisme, metode kontemplatis, dan metode dialektis.
Sedangkan terkait dengan validitas pengetahuan manusia, ada beberapa teori yakni antara lain korespondensi, koherensi, dan pragmatis. Teori korespondensi ialah pandangan yang mengatakan bahwa suatu pengetahuan itu sahih jika suatu proposisi bersesuaian dengan
realitas yang menjadi obyek pengetahuan. Teori koherensi ialah pandangan bahwa suatu proposisi (pernyataan atau pengetahuan) diakui benar jika proposisi itu memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proposisi sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logis sesuai dengan ketentuan-ketentuan logika. Teori pragmatis merupakan pandangan yang menegaskan bahwa pengetahuan itu dianggap sahih jika memiliki konsekwensi kegunaan atau bermanfaat bagi yang memiliki pengetahuan.
Demikian halnya Reley dan Player (2010) dalam buku Philosophy of Education inthe Era of Globalization menegaskan bahwa akal, akal budi, pengalaman atau kombinasi akal dan pengalaman, serta intuisi merupakan juga sebagai sarana mencari pengetahuan, sehingga dikenal model-model epistemologi seperti; empirisme, rasionalisme, positivisme, intuisionisme.
a). Empirisme
Berasal dari kata yunani empeirikos yang berasal dari kata empiera, berarti pengalaman. Menurut aliran ini pengetahuan manusia diperoleh dari pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena ia menyentuhnya, garam asin karena ia men-cicipinya. John locke (1632-1704) (dalam Reley dan Player, 2010) mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan akalnya merupakan sejenis buku catatan yang masih kosong, pengalamanya mengisi jiwa yang kosong itu, sehingga memiliki pengetahuan.Â
Pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan yang benar. Teori ini disebut sebagai teori tabula rusa (meja lilin). Menurut Pring (2005) kelemahan aliran ini, seperti; indera terbatas, indera menipu, objek yang menipu, dan indra dan objek sekaligus. Aliran lain yang mirip dengan empirisme adalah sensasionalisme yaitu rangsangan indera secara kasar
b). Rasionalisme
Tanpa menolak besarnya manfaat pengalaman indera dalam kehidupan manusia, namun persepsi inderawi hanya digunakan untuk merangsang kerja akal. Jadi akal berada di atas pengalaman inderawi. Jelasnya aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran terletak pada ide kita, dan bukanya pada diri barang sesuatu. Rene Descartes (1596-1650) dalam (Pring, 2005) menyatakan bahwa akal budi dipahami sebagai jenis perantara khusus yang dengan perantara tersebut dapat dikenal kebenaran, dan juga teknik deduktif yang dengan memakai teknik tersebut dapat ditemukan berbagai kebenaran.
c). Positivisme