Hadiah Kedua Dari Mamak -- Nasihat
Kata Mamak, kalau sudah ketemu dengan sesama Batak, "Unang maila marbahasa Batak"yang artinya agar saya tidak malu menggunakan bahasa Batak. Karena bagaimana pun, banyak sekali anak muda yang perlahan mulai melupakan Bahasanya dan berjuang mati-matian untuk menguasai bahasa asing. Atau yang berangkat dari desanya, dan kembali dengan bahasa yang ya kalau istilahnya di kami adalah "marpasir-pasir" hanya demi mendapatkan pengakuan bahwa si perantau itu kini terdengar lebih "Jakarte" alias modern.
Marpasir-pasir merupakan istilah untuk Bahasa berbeda yang digunakan dari Bahasa Ibu namun tidak diucapkan dengan fasih. Misalnya: Cantik BANGET (Jakarta) saat diucapkan menjadi cantik BANGAT (Orang Batak yang sok Kejakarta-jakartaan demi sebutan gaul).
Nasihat ini pulalah yang saya pegang di perantauan. Itu sebabnya, list lagu di hp saya kebanyakan bahasa Batak. Sesekali saya lebih memilih menghabiskan waktu di Pasar Senen, 10% untuk menikmati makanan khas Batak, 90% ketemu dengan orang-orang Batak yang pada umumnya sesama perantau. Rasa-rasanya memang seperti di kampung halaman. Hehehe.
Hadiah ketiga dari Mamak - Ulos
Dua hari sebelum berangkat ke Lampung, tempat perantauan saya yang pertama, Mamak juga menyiapkan ulos. "Ini Kau. Ini Bapak. Ini juga Mamak. Ulos ini, kita. Jangan sampe hilang ya, Nak." Begitu ujarnya yang menjelaskan bahwa ulos tersebut adalah bagian dari adat yang tak boleh untuk dihilangkan atau dilupakan.
Bukan ulos yang cantik, bukan pula seperti ulos-ulos mewah yang harganya selangit. Ini hanya ulos sederharna dari wanita yang luar biasa. Wanita yang selalu mengatakan "Mamak percaya kok kau bisa. Bapakmu apalagi." Ketika bahkan saya sendiri mulai tak lagi percaya pada kemampuan diri saya.
Saya selalu takjub pada Mamak. Tiga kali di masa remaja, saya membuatnya berurai air mata karena kenakalan yang baginya melewati batas hati tegarnya. Belum lagi akan kesalahan-kesalahan kecil lain yang tak dapat kuhitung berapa jumlahnya. Dan hanya dalam hitungan menit, semua sirna. Terlupakan.Â
Meski hingga kini ketiganya saya sendiri tak pernah melupakannya sebagai cambuk untuk tidak lagi pernah berpikir apalagi mencoba melakukan kesalahan yang sama sebagaimana yang dulu saya lakukan padanya.
Hadiah untuk Mamak Hasil dari Hadiah dari Mamak
Mungkin tidak akan pernah ada saya yang sekarang jika tanpa dukungan Mamak. Mungkin dulu, saya hanya menjadi seorang wanita yang memilih untuk terus diketiak Mamaknya setamat SMA dan tidak berani untuk membuka tempurung diri lalu keluar dari sana. Mungkin dulu itu akan terjadi jika Mamak saya bukanlah Mamak. Beruntung, Tuhan memilih saya dilahirkan dari rahim wanita yang super hebat seperti Mamak.