Tentu saja cara pertama paling sulit. Tapi sangat menguntungkan bagi qori/qiriah, lantaran ia fasih cara membaca dan tahu dimana harus mengatur nafas ketika membaca surat Al Fatiha.
Semua cara itu baik, kata Eyang Uti. Tapi, kita harus lihat makmumnya. Cucu kita belum paham. Belum sampai pada maqomnya.
“Jadi, baca saja secara normal. Ayat per ayat. Jadi, nanti nggak ada lagi protes,” pinta Eyang Uti.
Mendengar permintaan isterinya, Ki Komang hanya bisa menyatakan setuju sambil menganggukan kepala.
“Iya,” katanya tanda sepakat.
Salam berbagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H