Anak, mantu dan isteri baiknya shalat tarawih di rumah. Jika tak ada orang yang paling tua, seperti dirinya, sang ayah bisa menjadi imam. Jika tak bisa menjadi imam shalat di kediaman masing-masing, ya segera belajar. Sebab, Ramadan sudah di depan mata.
“Enggak susah, kok!” kata Ki Komang dalam hati.
Karena itu, literatur atau sejumlah buku yang terkait dengan ibadah shalat terawih kembali dibaca ulang. Ki Komang kembali mengulang bacaan surat-surat pendek agar hafalannya lebih mantap. Maksudnya, panjang dan pendeknya ketika membaca salah satu surat tak keliru. Tegasnya, semua harus sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid. Wuih, keren.
“Menghadapi cucu yang makin kritis harus lebih siap,”pikirnya.
**
Sudah lama Ki Komang ingin menjelaskan prihal surat Al Fatiha, yang sering diprotes anggota keluarganya itu.
Sayang, penjelasan yang akan disampaikan tak mungkin disampaikan kepada cucunya, terutama Abdul Komar.
Mengapa?
Ya, karena untuk memahaminya perlu didahului pemahaman ilmu tajwid. Sementara cucunya itu baru belajar membaca surat-surat pendek tanpa memperhatikan kaidah ilmu tajwid.
Ya, namanya masih bocah. Belum masuk pada maqomnya. Dengan kata lain, levelnya masih rendah. Bagaimana menjelaskan tentang ilmu kedokteran seperti terkait virus Corona, sementara Abdul Komar belum bisa baca dan tulis dengan sempurna.
Tapi, kepada Eyang Uti, anak dan mantu, perlu hal itu dijelaskan dengan baik.