Lambat laun suara sang kiai sedikit mengeras. Surya pun demikian, mengikuti irama suara beradu biji tasbih di tangan kanan sang mursyid.
Sang santri Surya merasakan badannya berkeringat. Untung ia duduk di kursi. Jika saja itu dilakukan sambil duduk bersila, bisa jadi akan menghadapi kesulitan ketika bangun. Sebab, kedua kakinya bakal terasa kesemutan seperti kala ikut acara manaqib.
Usai sang kiai berzikir, Surya mendekat ke arahnya. Sang kiai menjelaskan, Saidah sakit bukan karena dikerjai orang jahat. Atau disantet. Nggak ada itu. Ini disebabkan ia tidak memperhatikan kebersihan, utamanya kosmetik yang digunakan.
"Sebesar apa pun biaya yang ia keluarkan untuk berobat ke dokter tak akan membuahkan hasil. Sebab, kosmetiknya mengandung barang haram. Boleh jadi mengandung unsur babi," kata sang kiai.
Usai memberi penjelasan kepada Surya, sang kiai minta agar diambilkan air kemasan yang tersedia di kulkas. Surya pun dengan sigap pergi ke belakang, meminta nyai atau isteri sang kiai mengambilkan air kemasan yang dimaksud. Lalu botol air diberikan kepada sang gurunya itu. Didoakan. Segera disampaikan kepada Saidah untuk segera diminum dan sebagian lagi diusapkan ke mukanya.
Tak sampai sepekan, melalui air yang didoakan sang kiai - tentu dengan ridho Allah - Saidah sembuh dan kembali aktif dalam kegiatan pengajian. Wajahnya mulai cerah kembali.
***
Halal saja belum tentu baik dikonsumsi. Mengonsumsi barang halal saja bisa menjadi haram, semisal makan berlebihan dan tak memperhatikan kesehatan. Tidak mengukur diri, meski dokter sudah memperingatkan.
Makanlah barang yang halal dan baik (thayyib). Harus diyakini bahwa HalalituBaik jika cara prosesnya dilakukan sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
Kasus yang menimpa santri dan santriwati di atas, bukan karangan penulis. Ini realitas tatkala berada di kota kecil Mempawah, Kalimantan Barat. Betapa dahsyatnya pengaruh mengonsumsi babi, sekalipun cuma menggunakan wadah dan cuci piring di tempat yang sama. Demikian pula ketidaktahuan Saidah menggunakan kosmetik. Perempuan belia nan molek ini ingin mempertahankan kecantikan sebagai anugrah Allah. Tapi sayang, mengganti kosmetik tanpa pemilihan yang cermat menyebabkan ia menderita cukup lama.
Bagi seorang santri, seperti disampaikan sang kiai, mengonsumsi makanan harus hati-hati. Bila kita memang jelas mengetahui uangnya dari hasil korupsi, harus dihindari. Uang yang diperoleh dengan cara-cara tidak baik, kemudian dibelanjakan oleh anak dan isteri akan menghasilkan berbagai hal. Bisa jadi sakit selalu mendera sang anak, selalu saja di rumah "gaduh". Pendek kata, keberkahan tak mau singgah.