Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Suara Petasan Iringi Bang Marbot Pergi Haji

9 Agustus 2017   14:48 Diperbarui: 9 Agustus 2017   15:11 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bang Marbot, yang memiliki nama asli Somad, usianya memang belum terlalu tua. Masih di bawah 30 tahunan. Ia disebut Bang Marbot lantaran pekerjaan sehari-hari hanya berkutet di seputar kebersihan masjid Darul Amin, mengurusi pengeras suara agar tidak dirusak apa lagi dicopet si tangan kotor. Ia pun mengurus karpet masjid. Yang kotor dibersihkan dan yang rusak disingkirkan kemudian dilaporkan ke imam masjid secara berkala.

Ia mengurus masjid sudah lebih dari 10 tahun. Seusai menjadi santri di pondok pesantren di Kempek, Cirebon, ia tak pulang ke kampung halamannya di Garut. Tetapi lebih suka menjadi petugas kebersihan masjid.

Kepada siapa saja ia ramah. Mudah bergaul dengan orang yang baru dikenal meskipun dia seorang copet. Pernah terjadi, karena keramahan dari Bang Marbot ada seorang pemuda mencuri isi kotak amal dengan cara mengorek lubang uang. Beberapa lembar recehan hingga ratusan berhasil ditilepnya. Perilaku copet ini ia ketahui dari CCTV yang terpasang di dalam masjid.

Seorang diri Bang Marbot lantas mendekati copet tadi. Sambil mengobrol, Bang Marbot menyelipkan kata-kata nasihat kepada sang copet.

"Kalo di masjid, itu tempatnya orang ibadah. Kesucian orang dan tempatnya harus dijaga. Gue jaga tempat ini agar tetap suci. Tetamu juga wajib jaga kesucian. Termasuk perilaku, jauh dari perbuatan buruk," kata Bang Marbot, pura-pura nggak tahu kepada sang copet.

"Iye Bang. Lo jaga aje tempat suci ini," kata sang copet. Dan, Bang Marbot hanya bisa senyum mendengar jawaban pendek dari lawan bicaranya itu.

Peristiwa copet mengorek kotak amal sudah dilaporkan ke imam masjid. Para pengurus masjid pun tak marah. Cuma para pengurus masjid meminta Bang Marbot agar lebih hati-hati menghadapi orang tak dikenal.

"Ente kan di sini sebagai penjaga. Kotak itu termasuk bagian dari amanah yang harus dijaga," pinta Haji Kosim, salah seorang pengurus masjid.

Mendengar imbauan pengurus masjid, Bang Marbot jadi sedih. Sedih bukan lantaran tersinggung, bukan pula merasa dimarahi. Tetapi terselip ada kata-kata amanah.

"Kotak itu bagian dari amanah. Amanah bagi gue harus dijaga. Gue adalah marbot, menjaga masjid," kata Bang Marbot dalam hati.

Seharian ia memikirkan imbauan pengurus masjid. Daripada nggak bisa tidur, ia lantas pergi ke lantai dua masjid yang dirawatnya itu. Ia shalat sunnah dan hajat. Lantas ia pun berzikir. Sambil berzikir terbayang kisah Sunan Kalijogo. Katanya dalam hati, andai aku Sunan Kalijog, para maling bisa gue panggil untuk meminta maaf dan mengembalikan hasil rampasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun