Merasa bintangnya makin moncer, Ahok mulai melirik jabatan lebih bergengsi. Pada Desember 2006 dia mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Bangka Belitung pada Pilgub 2007. Artinya, posisi  bupati baru dia lakoni dua tahun. Peraturan yang ada mengharuskan setiap kontestan melepaskan posisinya sebagai jabatan publik. Maka, dia tinggalkan posisinya itu.
Kali ini perjudian Ahok harus menenggak pil pahit. Dia kalah. Rupanya kegagalan ini sangat membekas bagi kejiwaannya. Ahok mati selera berpolitik. Kepada Kartini, istri Ciil, dia menyatakan diri akan cabut dari PPIB. Alasannya, ingin menjadi pendeta saja.
Dalamnya laut dapat diukur, tapi dalamnya hati siapa yang tahu. Â Pepatah ini juga berlaku pada Ahok. Hanya dia dan Tuhan yang tahu persis, apa isi hatinya ketika dia menyatakan mundur. Bisa jadi karena dia sedang mengincar posisi lebih tinggi dan lebih besar lagi. Sementara pada saat yang sama, Ahok merasa PPIB terlalu kecil untuk dijadikan kendaraan.
Sekali lagi, hanya dia dan Tuhan yang tahu. Tapi, deretan fakta berikutnya seperti menjawab betapa menggelegaknya syahwat politik suami dari Veronica Tan ini. Buktinya, tak lama kemudian dia berlabuh ke Partai Golkar supaya bisa maju sebagai anggota DPR RI pada Pemilu 2009. Dan, cita-cita melenggang ke Senayan pun terkabul melalui Partai Golkar.
Apakah Ahok mengkhianati PPIB?
Siklus mengincar jabatan eksekutif yang didahuli posisi di legislatif terulang kembali. Dari sini dia mencoba peruntungan memerebutkan posisi eksekutif. Ahok pun mencalonkan diri sebagai Cagub DKI pada 2012. Karena kelewat pe-de alias percaya diri, dia langsung mencoba ngebut di jalur Indepeden. Hasilnya, gagal mengumpulkan KTP sebagai bukti dukungan!
Simbiosis mutualisma
Kegagalan ini membuat Ahok cukup tahu diri. DKI Jakarta adalah ibukota negara. Tidak sembarang orang bisa nyelonong untuk memimpin. Itulah sebabnya dia melamar posisi Wakil Gubernur. Kali ini, bidikannya tertuju pada Partai Gerindra yang didirikan mantan Pangkosrtad Prabowo Subianto.
Sebagai politikus, apalagi berlatar belakang etnis Cina, rupaya Ahok lumayan cerdik. Gerindra dipilih karena sang pendiri dianggap punya ‘dosa sejarah.’ Saat kerusuhan 1998 meletus, Prabowo menjadi tersangka utama huru-hara yang menimbulkan banyak korban, termasuk kalangan Cina.
Pada titik ini, Ahok-Prabowo seperti menjalin simbiosis mutualisma. Ahok dapat kendaraan maju ke Cawagub DKI, Parabowo punya kesempatan membersihkan diri dari stigma anti Cina. Maka, jadilah Gerindra memutuskan Ahok sebagai Cawagub DKI Jakarta periode 2012-2017. Konsekwensinya, Ahok harus daftar sebagai Kader Gerindra dan meninggalkan Partai Golkar yang telah mengantarnya ke Senayan.
Sampai di sini, apakah Ahok mengkhianati Partai Golkar?